Tuesday, January 7, 2025

Sambut Ramadhan dengan Bahagia, Meski Prahara Ekonomi Melanda

Cara Menyambut Ramadhan

 

ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Menghitung hari. Ramadhan tinggal beberapa pekan lagi. Bulan mulia yang patut kita sambut dengan gembira. Meski di sisi lainnya, sebersit keprihatinan itu ada. Mengingat Ramadhan akan tiba di tengah derita ekonomi yang belum mereda. Bagaimana tidak? Pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana, persaingan usaha kian ketat, lapangan kerja terbatas, harga kebutuhan pokok masih tinggi, dan seterusnya.

Adapun jumlah pekerja yang mengalami PHK sepanjang Januari-Desember 2024, sesuai data Kementerian Ketenagakerjaan, mencapai lebih kurang 80.000 orang berasal dari berbagai sektor industri. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023 yang berkisar 60.000 orang. Selain itu, Kemenaker menemukan ada 60 perusahaan di antaranya sektor tekstil dan garmen yang berpotensi akan melakukan PHK (kompas.id, 23/12/2024).

Derita rakyat kian terasa berat dengan aneka pungutan pajak. Meski tarif PPN batal naik ke 12%, bukan berarti beban rakyat berkurang. Selama pendapatan utama negara masih diambil dari pajak (82,4%), selama itu pula aktivitas konsumsi dan harta rakyat akan jadi sasaran pajak. Biaya hidup tinggi akibat pembebanan pajak masih akan terus berlanjut, konsumsi masyarakat menjadi basis perhitungan pungutan "palak legal" tersebut.

Realitasnya, kenaikan tarif PPN 12% pada barang dan jasa mewah tidak hanya berpengaruh pada pihak terkena pajak, tetapi berefek domino bagi semua kalangan. Karena pengusaha terkena pajak akan menaikkan harga jual produknya akibat biaya produksi naik. Bahkan sebelum kenaikan PPN akhirnya dibatalkan pun, harga barang di pasaran sudah melambung.

Harga sembako melonjak jelang Ramadhan
Ilustrasi kenaikan harga sembako menjelang Ramadhan. Foto: AI Meta/Canva

Meski dalam suasana keprihatinan, semoga umat Islam tetap bahagia menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Bulan mulia, bulan kemenangan. Penuh dengan pahala dan ampunan.

 

Keutamaan Ramadhan

Menjelang Ramadhan, kita sering menemukan spanduk atau sejenisnya yang bertuliskan "Marhaban yaa Ramadhan." Sejatinya maknanya apa? Marhaban berasal dari kata rahb, yaitu luas, lapang. Ungkapan ini menunjukkan kelapangan dada atas tamu agung yang datang, menyambutnya dengan penuh suka cita, dan mempersiapkan segala sesuatu agar tamu merasa nyaman.

Bagaimana umat Muslim tidak bahagia menyambutnya? Sementara Ramadhan adalah bulan yang sungguh istimewa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)" (HR. Imam Ahmad).

Hadis shahih di atas sangat populer di kalangan umat Islam yang menjelaskan tentang keutamaan bulan suci Ramadhan. Sekaligus menjadi kabar gembira bagi orang-orang beriman. Kaum mukmin pun tentu sangat gembira menyambut datangnya bulan Ramadhan karena berbagai keutamaan tersebut.

Lalu apa sajakah keutamaan bulan Ramadhan yang lain? Pertama, bulan untuk mencapai ketakwaan. Kaum Muslimin diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan untuk melejitkan ketakwaan. "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS. Al Baqarah: 183).

Kedua, bulan turunnya Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah petunjuk bagi manusia untuk membedakan antara yang haq dan batil. "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan yang batil)..." (QS. Al Baqarah: 185).

Ketiga, bulan pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa melakukan ibadah di malam hari bulan Ramadhan, karena iman dan mengharapkan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni" (HR. Bukhari dan Muslim).

Keempat, bulan ditutupnya pintu neraka. Di bulan ini pintu neraka ditutup, setan dibelenggu, dan pintu surga dibuka. "Apabila datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta semua setan dibelenggu" (HR. Muslim).

Kelima, waktu mustajab untuk berdoa. "Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap Muslim apabila dia memanjatkan doa maka pasti dikabulkan" (HR. Al-Bazaar).

Keenam, bulan dilipatgandakannya pahala. Firman Allah SWT dalam sebuah hadis qudsi, "Setiap amalan kebaikan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi'."

Ketujuh, ibadah puasa dan bacaan Al-Qur'an di bulan Ramadhan jadi syafaat di hari kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: 'Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari.' ِAl-Qur'an juga berkata, 'Aku mencegahnya dari tidur di malam hari, maka kami mohon syafaat buat dia.' Beliau bersabda, 'Maka keduanya dibolehkan memberi syafaat'" (HR. Imam Ahmad).

Masya Allah, bulan Ramadhan sungguh istimewa. Mari bersuka cita menyambutnya! Agar diri ini lebih termotivasi meraih semua keutamaannya. Meskipun dalam kondisi apa pun, baik sedang lapang atau sulit, tengah senang atau bersedih, Ramadhan layak membuat kita bahagia.

 

Menikmati Ramadhan

Saat hilal Ramadhan muncul di ufuk pertanda tibanya bulan penuh berkah itu, Rasulullah dan para Sahabat menyambutnya dengan penuh suka cita sambil berdoa. Thalhah bin Ubadillah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat awal bulan akan berdoa, “Ya Allah, perjalankanlah bulan ini kepada kami dengan penuh kebajikan, iman, selamat dan Islam. Rabb-ku dan Rabb-mu (bulan) adalah Allah” (HR. Ahmad, Tirmidzi,Hakim, dan Baihaqi).

Persiapan sambut Ramadhan
Ilustrasi kebahagian seorang muslim menjalani ibadah Ramadhan. Foto: AI Meta/Canva

Selain itu, ada banyak kisah inspiratif dari para Sahabat yang menunjukkan keteguhan dan kebahagiaan dalam menjalani puasa selama bulan Ramadhan, meskipun mereka menghadapi masa-masa sulit. Salah satu kisah yang bisa dijadikan contoh adalah sosok Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Abu Hurairah dikenal sebagai salah satu sahabat yang sangat miskin. Suatu ketika, dia tidak memiliki makanan untuk berbuka puasa. Dalam keadaan sangat lapar, dia hanya bisa bergantung pada iman dan harapannya kepada Allah. Namun meski berada dalam kondisi yang serba kekurangan, ia tetap bahagia menjalankan puasa karena mengetahui bahwa ibadah ini adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan jalan menuju pahala yang besar.

Dalam salah satu riwayat, Abu Hurairah juga menceritakan bahwa dirinya sering berbuka dengan sedikit makanan, bahkan terkadang hanya dengan beberapa buah kurma atau air. Tetapi di balik kesederhanaan tersebut, ia merasakan kebahagiaan yang mendalam karena merasa dekat dengan Allah.

Kisah lainnya adalah perjuangan para Sahabat di medan perang. Misalnya dalam Perang Badar, para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terus berpuasa meskipun tengah berada dalam keadaan perang yang sangat sulit. Pun terpisah dari keluarga dan jauh dari rumah. Mereka tetap semangat dan bahagia karena berjuang di jalan Allah. Puasa tidak mengurangi nyali mereka dalam bertempur, justru membuat mereka semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh keyakinan.

Kisah-kisah ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan dalam berpuasa tidak terletak pada kenyamanan fisik atau kemewahan makanan, tetapi pada kedekatan dengan Allah, ketenangan jiwa, dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan. Bahkan dalam masa sulit sekalipun, puasa bisa menjadi sumber kebahagiaan batin bagi siapa saja yang menjalankannya dengan ikhlas. []


Kontributor: Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Keislaman)