ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Menghitung hari. Ramadhan tinggal beberapa pekan lagi. Bulan mulia yang patut kita sambut dengan gembira. Meski di sisi lainnya, sebersit keprihatinan itu ada. Mengingat Ramadhan akan tiba di tengah derita ekonomi yang belum mereda. Bagaimana tidak? Pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana, persaingan usaha kian ketat, lapangan kerja terbatas, harga kebutuhan pokok masih tinggi, dan seterusnya.
Adapun jumlah pekerja yang mengalami PHK sepanjang
Januari -Desember 2024, sesuai data Kementerian
Ketenagakerjaan, mencapai lebih kurang 80.000 orang berasal dari berbagai
sektor industri. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023 yang
berkisar 60.000 orang. Selain itu, Kemenaker
menemukan ada 60 perusahaan di antaranya sektor tekstil dan garmen yang
berpotensi akan melakukan PHK (kompas.id, 23/12/2024).
Derita rakyat kian terasa berat dengan aneka pungutan
pajak. Meski tarif PPN batal naik ke 12%, bukan berarti beban rakyat berkurang.
Selama pendapatan utama negara masih diambil dari pajak (82,4%), selama itu
pula aktivitas konsumsi dan harta rakyat akan jadi sasaran pajak. Biaya hidup
tinggi akibat pembebanan pajak masih akan terus berlanjut, konsumsi masyarakat
menjadi basis perhitungan pungutan "palak legal" tersebut.
Realitasnya, kenaikan tarif PPN 12% pada barang dan
jasa mewah tidak hanya berpengaruh pada pihak terkena pajak, tetapi berefek
domino bagi semua kalangan. Karena pengusaha terkena pajak akan menaikkan harga
jual produknya akibat biaya produksi naik. Bahkan sebelum kenaikan PPN akhirnya
dibatalkan pun, harga barang di pasaran sudah melambung.
![]() |
Ilustrasi kenaikan harga sembako menjelang Ramadhan. Foto: AI Meta/Canva |
Meski dalam suasana keprihatinan, semoga umat Islam
tetap bahagia menyambut kedatangan bulan Ramadhan. Bulan mulia, bulan kemenangan.
Penuh dengan pahala dan ampunan.
Keutamaan Ramadhan
Menjelang Ramadhan, kita sering menemukan spanduk
atau sejenisnya yang bertuliskan "Marhaban yaa Ramadhan." Sejatinya maknanya
apa? Marhaban berasal dari kata rahb, yaitu luas, lapang. Ungkapan
ini menunjukkan kelapangan dada atas tamu agung yang datang, menyambutnya
dengan penuh suka cita, dan mempersiapkan segala sesuatu agar tamu merasa
nyaman.
Bagaimana umat Muslim tidak bahagia menyambutnya?
Sementara Ramadhan adalah bulan yang sungguh istimewa. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang kepada kalian bulan yang
penuh berkah. Diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu
surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di
dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang
tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau
terjauhkan (dari kebaikan)" (HR. Imam Ahmad).
Hadis shahih di atas sangat populer di
kalangan umat Islam yang menjelaskan tentang keutamaan bulan suci Ramadhan.
Sekaligus menjadi kabar gembira bagi orang-orang beriman. Kaum mukmin pun tentu
sangat gembira menyambut datangnya bulan Ramadhan karena berbagai keutamaan
tersebut.
Lalu apa sajakah keutamaan bulan Ramadhan yang lain? Pertama,
bulan untuk mencapai ketakwaan. Kaum Muslimin diwajibkan berpuasa di bulan
Ramadhan untuk melejitkan ketakwaan. "Wahai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa" (QS. Al Baqarah: 183).
Kedua,
bulan turunnya Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah petunjuk bagi manusia untuk
membedakan antara yang haq dan batil. "Bulan Ramadhan adalah (bulan)
yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan
yang batil)..." (QS. Al Baqarah: 185).
Ketiga,
bulan pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa melakukan ibadah di malam hari bulan Ramadhan, karena iman
dan mengharapkan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni"
(HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat,
bulan ditutupnya pintu neraka. Di bulan ini pintu neraka ditutup, setan
dibelenggu, dan pintu surga dibuka. "Apabila datang bulan Ramadhan,
maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta semua
setan dibelenggu" (HR. Muslim).
Kelima,
waktu mustajab untuk berdoa. "Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa
orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap Muslim
apabila dia memanjatkan doa maka pasti dikabulkan" (HR. Al-Bazaar).
Keenam,
bulan dilipatgandakannya pahala. Firman Allah SWT dalam sebuah hadis qudsi, "Setiap
amalan kebaikan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal
hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali amalan puasa.
Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.
Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang
yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia
berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi'."
Ketujuh, ibadah
puasa dan bacaan Al-Qur'an di bulan Ramadhan jadi syafaat di hari kiamat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Puasa dan
Al-Qur'an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa
berkata: 'Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari.' ِAl-Qur'an juga berkata, 'Aku mencegahnya dari tidur di malam hari,
maka kami mohon syafaat buat dia.' Beliau bersabda, 'Maka keduanya dibolehkan
memberi syafaat'" (HR. Imam Ahmad).
Masya Allah,
bulan Ramadhan sungguh istimewa. Mari bersuka cita menyambutnya! Agar diri ini
lebih termotivasi meraih semua keutamaannya. Meskipun dalam kondisi apa pun,
baik sedang lapang atau sulit, tengah senang atau bersedih, Ramadhan layak
membuat kita bahagia.
Menikmati Ramadhan
Saat hilal Ramadhan muncul di ufuk pertanda tibanya
bulan penuh berkah itu, Rasulullah dan para Sahabat menyambutnya dengan penuh
suka cita sambil berdoa. Thalhah bin Ubadillah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam jika melihat awal bulan akan berdoa, “Ya Allah,
perjalankanlah bulan ini kepada kami dengan penuh kebajikan, iman, selamat dan
Islam. Rabb-ku dan Rabb-mu (bulan) adalah Allah” (HR. Ahmad,
Tirmidzi,Hakim, dan Baihaqi).
![]() |
Ilustrasi kebahagian seorang muslim menjalani ibadah Ramadhan. Foto: AI Meta/Canva |
Selain itu, ada banyak kisah inspiratif dari para Sahabat
yang menunjukkan keteguhan dan kebahagiaan dalam menjalani puasa selama bulan
Ramadhan, meskipun mereka menghadapi masa-masa sulit. Salah satu kisah yang
bisa dijadikan contoh adalah sosok Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Abu Hurairah dikenal sebagai salah satu sahabat yang
sangat miskin. Suatu ketika, dia tidak memiliki makanan untuk berbuka puasa. Dalam
keadaan sangat lapar, dia hanya bisa bergantung pada iman dan harapannya kepada
Allah. Namun meski berada dalam kondisi yang serba kekurangan, ia tetap bahagia
menjalankan puasa karena mengetahui bahwa ibadah ini adalah bentuk ketaatan
kepada Allah dan jalan menuju pahala yang besar.
Dalam salah satu riwayat, Abu Hurairah juga
menceritakan bahwa dirinya sering berbuka dengan sedikit makanan, bahkan terkadang
hanya dengan beberapa buah kurma atau air. Tetapi di balik kesederhanaan
tersebut, ia merasakan kebahagiaan yang mendalam karena merasa dekat dengan
Allah.
Kisah lainnya adalah perjuangan para Sahabat di medan perang. Misalnya dalam Perang Badar, para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terus berpuasa meskipun tengah berada dalam keadaan perang yang sangat sulit. Pun terpisah dari keluarga dan jauh dari rumah. Mereka tetap semangat dan bahagia karena berjuang di jalan Allah. Puasa tidak mengurangi nyali mereka dalam bertempur, justru membuat mereka semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh keyakinan.
Kisah-kisah ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan dalam berpuasa tidak terletak pada kenyamanan fisik atau kemewahan makanan, tetapi pada kedekatan dengan Allah, ketenangan jiwa, dan rasa syukur atas nikmat yang diberikan. Bahkan dalam masa sulit sekalipun, puasa bisa menjadi sumber kebahagiaan batin bagi siapa saja yang menjalankannya dengan ikhlas. []
Kontributor: Puspita Satyawati
(Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Keislaman)