Tuesday, December 10, 2024

Pedagang Es Teh Serbu Pengajian: Efek Sunhaji dan Mental Miskin yang Layak Dikoreksi

Efek Sunhaji dan Mental Miskin

 ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- "Efek penjual es teh. Pedagang serbu pengajian Gus Iqdam.  Benar kata Ustaz Felix Siauw (UFS)," tulis abouthetic. Postingan ini viral ditonton lebih dari sejuta kali dan ribuan komentar warganet. Publik teringat ucapan UFS di podcast Deddy Corbuzier, menanggapi viralnya Gus Miftah yang mengolok-olok Sunhaji, penjual es teh hingga ia ketiban rezeki mendadak. Dari uang ratusan juta, bangun rumah, beasiswa anak sekolah, hingga umroh gratis.

UFS menyoroti salah satunya tentang mentalitas. Menurutnya, kalau setiap pedagang merasa harus diborong, itu membentuk mental tidak sehat. Padahal seorang Muslim itu harus bermental mandiri, tak bergantung pada orang lain. Mentalitas meminta-minta ini harus dikoreksi (suara.com, 9/12/2024).

Sunhaji efek
Sunhaji Efek Momen penjual es teh menyerbu pengajian Gus Iqdam. Foto: Ftnews.co.id

Ya, mental miskin memang masih menggejala. Di satu sisi ingin kaya. Tapi di sisi lain, tak mau usaha. Kalaupun bekerja, inginnya mudah dan segera dapat dana. Ingat fenomena manusia silver di berbagai kota? Demi cuan instan, banyak anak muda rela melumuri sekujur tubuh dengan cat berwarna silver lalu berdiri di lampu merah dan menengadahkan tangan menanti recehan. Kabarnya, pendapatan mereka di Jogja bisa mencapai Rp 600 ribu per hari, sedangkan di Makassar mencapai Rp 8 juta per bulan. Jumlah fantastis tapi dengan cara tak beda dengan mengemis. Miris!

Bahkan ada kampung di Pragaan, Sumenep, yang berjuluk Kampung Pengemis karena 80 persen penduduknya berprofesi mengemis. Anehnya, tampilan kampung itu tak dekil nan lusuh. Tak ada rumah gedek (beranyaman bambu), kendaraan bermotor lalu-lalang, bahkan banyak rumah menjulang tinggi berarsitektur mewah bak istana dalam sinetron.

Sebagai bagian masyarakat, saat ini anak dan remaja juga tak lepas dari mengidap mental miskin. Gaya hidup hedon, instan, menjadi gejalanya. Bila mindset ini terus terpelihara, bagaimana nasib generasi dan negeri ini di masa depan? Di tengah penerapan sistem hidup ala sekulerisme kapitalistik liberal, mental miskin seolah subur terpelihara.

 

Mental Miskin: Bukan tentang Status Finansial

Apa sih yang dimaksud mental miskin? Mental miskin biasanya merujuk pada pola pikir atau sikap yang tidak produktif, pasrah tanpa usaha, atau cenderung bergantung pada orang lain tanpa berusaha mandiri. Penting digarisbawahi bahwa mental miskin bukan tentang status ekonomi (finansial), melainkan pola pikir dan sikap seseorang terhadap kehidupan dan tantangan yang dihadapi.

Generasi yang terdidik dalam alam sekuler kapitalistik liberal berpotensi mengidap mental miskin karena hidup jauh dari nilai-nilai agama, cenderung liar, dan lebih mengejar kenikmatan serta harta. Ciri-ciri manusia bermental miskin yaitu; pertama, gemar playing victim. Mudah menyalahkan orang lain atau keadaan atas kegagalannya. Pun merasa dunia tidak adil dan dirinya adalah korban. Kedua, enggan keluar dari zona nyaman. Malas mencoba hal baru karena takut gagal. Lebih memilih aman daripada mengambil risiko yang berpotensi mengubah hidup. 

Ketiga, fokus pada jangka pendek. Mereka lebih memilih kesenangan sesaat daripada berinvestasi untuk masa depan. Cenderung tidak memiliki rencana atau visi jangka panjang. Keempat, suka iri pada kesuksesan orang lain.  Sulit menerima keberhasilan orang lain dan cenderung merendahkan atau mencari-cari kesalahan mereka. Juga tidak mau belajar dari orang yang lebih sukses. 

Kelima, gengsi tanpa alasan. Berusaha tampil kaya atau sukses demi pandangan orang lain, meski sebenarnya zonk.  Lebih memprioritaskan citra daripada fakta. Keenam, malas dan kurang disiplin. Sering menunda pekerjaan. Tidak berusaha meningkatkan diri atau mengembangkan kemampuan. 

Ketujuh, ketergantungan pada orang lain. Selalu berharap bantuan dari keluarga atau teman tanpa usaha mandiri. Tidak berinisiatif mencari solusi sendiri. Kedelapan, takut gagal dan kritik. Menghindari tantangan karena takut dihakimi jika gagal. Sulit menerima masukan untuk perbaikan diri. 

Kesembilan, pola pikir negatif. Lebih fokus pada masalah daripada solusi. Mudah putus asa dan pesimis terhadap masa depan. Kesepuluh, konsumsi berlebihan tanpa produktivitas. Menghabiskan waktu untuk hiburan seperti media sosial, game, atau hal tidak produktif tanpa batas. Tidak mengalokasikan waktu untuk belajar atau bekerja keras. 

Jelaslah bahwa mental miskin akan menghambat seseorang untuk mengembangkan potensi mereka. Tak hanya itu. Bila generasi Muslim mengidap mental miskin, maka harapan tentang kembalinya peradaban Islam nan mulia akan tinggal angan.

 

 

Mental Kaya: Harta di Tangan tapi Tidak di Hatinya

Islam mengajarkan umatnya agar menjadi orang bermental kaya, yaitu orang yang menguasai harta kekayaan di tangannya dan tidak di hatinya. Karena jika ia memiliki harta di tangannya, ia dapat membagikan kepada siapa pun yang ia kehendaki. Namun jika ia memiliki kekayaan di hatinya ia akan diperbudak oleh harta tersebut.

Pembinaan mental kaya sejak dini
Ilustrasi pentingnya pembinaan mental kaya sejak dini. Foto: Odua images/Canvapro

Figur seperti ini kita dapati dari sahabat Rasulullah yakni Abdurrahman bin Auf. Manusia kaya raya yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Ia mampu mengendalikan harta kekayaan, bukan harta yang mengatur dirinya.

Inilah yang dimaksud dalam doa Abu Bakar, “Jadikanlah kami kaum yang memegang dunia dengan tangan kami, bukan hati kami.” Dan doa sahabat Umar bin Khattab, “Ya Allah, tempatkanlah dunia dalam genggaman tangan kami dan jangan kau tempatkan dia di lubuk hati kami.”

Abdurrahman bin Auf memberi teladan agar kita hanya bergantung kepada Allah. Dalam berbisnis, ia selalu menyandarkan diri kepada-Nya. Ia pun selalu bersedekah, bahkan Utsman bin Affan yang dikenal sebagai saudagar kaya pernah menerima pembagian hartanya. Baginya, harta hanyalah titipan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Belajar dari Abdurrahman bin Auf, orang tua hendaknya menanamkan mental kaya pada putra-putrinya sejak dini. Tipsnya antara lain; pertama, tanamkan nilai tauhid. Ajarkan anak untuk bersandar kepada Allah Ta'ala sebagai sumber rezeki dan keberkahan. Bantu anak memahami bahwa rezeki tidak hanya berupa materi, tetapi juga kesehatan, ilmu, dan lain-lain.

Kedua, ajarkan syukur dan qana'ah. Latih anak selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, baik kecil maupun besar. Jelaskan bahwa qana'ah bukan berarti tidak berusaha, tetapi merasa cukup dengan rezeki halal. Ketiga, dorong untuk berusaha dan mandiri. Tanamkan nilai kerja keras dengan mencontohkan ikhtiar maksimal dalam kehidupan sehari-hari. Libatkan anak dalam kegiatan yang melatih tanggung jawab, seperti menabung atau berdagang kecil-kecilan.

Keempat, ajarkan konsep sedekah dan berbagi.  Latih anak untuk berbagi dengan para dhuafa agar tidak terjebak pada sifat kikir.  Jelaskan bahwa sedekah tidak mengurangi harta, tetapi justru menambah keberkahan. Kelima, perkenalkan perencanaan keuangan islami. Ajarkan anak mengelola uang, misalnya dengan menabung untuk masa depan dan menggunakan harta dengan bijak. Jelaskan pentingnya menghindari riba dan berinvestasi sesuai syariat Islam.

Keenam, didik dengan keteladanan. Orang tua harus menjadi contoh mengelola harta secara bijak dan tidak berlebihan dalam gaya hidup.  Tunjukkan sikap dermawan, tanggung jawab, dan hemat dalam kehidupan sehari-hari. Ketujuh, kaitkan kekayaan dengan akhirat. Jelaskan bahwa kekayaan sejati adalah amal bermanfaat di dunia dan pahala di akhirat. Ingatkan anak selalu berniat baik dalam mencari harta dan menggunakannya demi meraih ridha-Nya.

Kedelapan, latih anak menghargai proses. Hindarkan dari mental instan. Biarkan anak merasakan usaha dan kesulitan untuk menghargai hasil yang dicapai. Ajarkan bahwa kesuksesan adalah hasil dari kombinasi usaha, doa, dan tawakal kepada-Nya. Dengan berbagai upaya tersebut, semoga generasi Muslim tumbuh dengan mental kuat, tidak hanya mampu mengejar kekayaan materi, tetapi juga kaya hati, bermanfaat bagi sesama, dan senantiasa mencari ridha Allah Ta'ala. []  

 

 

Kontributor: Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)

 

Berikan Wakaf Jariyah Si Domba untuk Penghafal Qur’an di link https://indonesiaberbagikebaikan.com/Kebaikan-Berlanjut-Untuk-Santri-Penghafal,-Yatim,-Dhuafa