ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Glowing. Siapa sih perempuan yang tak ingin berwajah kinclong? Apalagi standar cantik bagi kebanyakan orang Indonesia itu berkulit (wajah) putih, mulus, bening. Maka dalam rangka memenuhi keinginan pasar, bisnis skincare tampil moncer. Produknya banyak diminati, dari remaja hingga orang tua.
Para
produsen berlomba-lomba memasarkan produknya. Tak lupa dengan promo yang
membuai konsumen. Dari diskon menarik hingga klaim manfaat produk. Sementara
diduga ada beberapa brand skincare yang melakukan klaim secara lebay,
seperti diungkap oleh Dokter Detektif TikTok yang membongkar uji lab sejumlah
produk skincare.
Namanya
sontak viral gegara mengkritik brand yang melakukan overclaim alias
klaim berlebihan. Dalam video review skincare yang diunggah melalui akun
TikTok @dokterdetektif, ia menyertakan lampiran hasil uji lab keluaran SIG
Laboratory. Sang Dokter Detektif itu mengaku kerap berseteru dengan owner
brand skincare yang tidak terima dengan informasi yang ia sampaikan. Namun
hal itu tidak membuatnya jera, bahkan menantang pemilik brand skincare
overclaim untuk menunjukkan hasil uji lab secara rinci, serta meminta
mereka menutup akun media sosial sebagai bentuk pertanggungjawaban telah
merugikan masyarakat (tirto.id, 2/10/2024).
Wah,
ternyata seru banget ya intrik di balik ketatnya persaingan bisnis
perawatan kulit. Mengapa bisnis bikin cantik ini laris manis? Lalu bagaimana
perawatan kecantikan dalam Islam?
Skincare
dalam Islam
Ada
beberapa penyebab jualan skincare kini laris bak kacang goreng. Pertama,
adanya tren kecantikan yang selalu up to date. Setiap tahun ada saja
tren skincare baru yang bikin penasaran. Dari K-beauty, clean
beauty, hingga skincare antiaging.
Kedua, orang makin
peduli kesehatan kulit. Tak hanya ingin kulit mulus, sekarang orang juga peduli
dengan kesehatan kulit mereka. Maka produk yang bikin glowing plus
menutrisi kulit akan jadi incaran. Ketiga, pengaruh media sosial dan beauty
influencer. Produk skincare viral gegara review dari
influencer. Media sosial punya pengaruh besar agar produk dikenal luas.
Berbicara tentang kosmetik, selama ini kita mengenal
ada skincare dan make up. Skincare digunakan untuk merawat
dan menjaga kesehatan kulit, sedangkan make up difungsikan untuk mengubah
atau memperindah penampilan wajah. Sebenarnya skincare tidak hanya
untuk wajah, namun juga dapat dilakukan di area lain seperti bibir, rambut,
tangan, dan kaki.
Dalam
Islam, skincare boleh-boleh saja dipergunakan selama tidak mengandung
zat yang diharamkan. Ada kaedah yang menyatakan, "Al Ashlu fii
al-asyyaa‘i al ibaahah maa lam yarid at tahriim (hukum
asal sesuatu (benda) adalah mubah selama tidak dinyatakan pengharamannya)."
![]() |
Ilustrasi maraknya produl skincare di pasaran. Foto: ASF/Canvapro |
Terlebih,
bukankah Allah mencintai keindahan? Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai
keindahan" (HR. Muslim). Kalimat ini memiliki makna yang agung yakni makrifat
(pengetahuan) dan suluk (perilaku). Sehingga kita sebagai hamba-Nya
berupaya menjaga keindahan agar dicintai Allah. Pun merawat kulit sebagai wujud
bersyukur atas anugerah Ilahi.
Selain
itu, seorang istri yang mempercantik diri di hadapan suami merupakan ibadah. Sebagaimana
sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, "Sebaik-baik
istri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika engkau
menyuruhnya, serta menjaga dirinya di saat engkau pergi" (HR. Ath
Thabrani). Kulit (wajah) yang terawat dan bersih tentu lebih disukai atau
nyaman dipandang oleh pasangan, bukan?
Di
balik kecantikan dan keindahan yang ditawarkan oleh produk skincare,
seorang Muslim (Muslimah) harus mewaspadai adanya kemungkinan hal-hal haram
terkaitnya. Berikut ini beberapa poin yang mesti diperhatikan;
Pertama, pilih yang kandungannya
halal. Ada bahan yang tidak boleh digunakan dalam produk kecantikan, misalnya gelatin
dari rebusan kulit dan tulang babi, ethanol yang mengandung khamr,
serta lemak dan turunan babi seperti stearic acid, paltimic acid, dan
glycerin.
Kedua, tata cara
perawatan atau periasan. Tata cara untuk meraih kecantikan juga harus
diperhatikan. Faktanya, banyak klinik yang melakukan praktik terlarang dalam
Islam, seperti mengubah bentuk asli dengan; suntik putih, mencukur alis,
memancungkan hidung, dan menyambung rambut.
Ketiga, cara memperolehnya.
Mendapatkan produk skincare dengan jalan yang salah seperti mencuri dan berutang
dengan riba sangat dilarang oleh Islam. Keempat, tidak bertujuan untuk pamer
dan sombong. Penggunaan skincare atau aktivitas perawatan tubuh lainnya bukan
untuk tabarruj (menonjolkan kecantikan). Misal rambut sudah smooth,
halus, lalu ditampakkan ke orang lain yang bukan mahramnya.
Oleh
karena itu, seorang Muslim (Muslimah) harus berhati-hati saat menggunakan skincare.
Jangan sampai hanya mengejar cantik secara fisik tapi di dalamnya terdapat keharaman,
sesuatu yang tidak disukai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Al
Zahrawi Penemu Skincare
Jauh sebelum produk-produk perawatan kulit
membanjiri pasaran seperti hari ini, seorang dokter Muslim di Cordova,
Spanyol, Al Zahrawi (936–1013 M) menjadi sosok yang dijadikan rujukan kajian
ilmu kosmetik di banyak universitas di Eropa. Al Zahrawi terlahir dengan nama
Abul Qasim Khalaf bin Al Abbas. Oleh masyarakat Barat, dia dikenal dengan
sebutan Albucassis.
![]() |
Al-Zahrawi, salah satu ilmuwan yang memiliki kitab perawatan kulit. Foto: CNN |
Nama Al Zahrawi kian populer setelah
berhasil menulis sebuah karya monumental berupa ensiklopedia kedokteran berjudul Al Tasreef.
Kitab yang terdiri dari 30 jilid ini banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin
dan digunakan sebagai buku teks utama dalam sejarah ilmu kedokteran dunia.
Dalam Al Tasreef volume 19, ada satu bab yang khusus
membahas kosmetik. Di dalam buku itu, Al Zahrawi memasukkan kosmetik sebagai
salah satu cabang pengobatan, atau paling tidak perawatan. Pembahasannya
meliputi deodoran, produk penghilang bulu, losion pemutih kulit, bahkan teknik
pewarnaan, pengeritingan, maupun pelurusan pada rambut.
Untuk menghilangkan bau mulut akibat
memakan bawang, di dalam kitab itu Al Zahrawi menyarankan kayu manis, pala,
kapulaga, atau mengunyah daun ketumbar. Obat lain untuk bau mulut adalah keju
goreng dalam minyak zaitun yang dibumbui dengan bubuk cengkeh.
Al Tasreef juga
menjelaskan tips untuk memperkuat gusi dan memutihkan gigi. Pun membahas
tentang parfum, wewangian aromatik, dan dupa. Al Zahrawi menganggap kosmetika
sebagai Adwiyat Al Zinah,
salah satu cabang ilmu pengobatan. Menurutnya, banyak hadis Nabi yang merujuk
pada anjuran kebersihan, penataan pakaian, serta perawatan rambut dan tubuh.
Atas dasar itulah, Al Zahrawi menggambarkan pentingnya perawatan dan kecantikan
rambut, kulit, gigi, dan bagian tubuh lainnya.
Sebagai pengakuan dan penghormatan atas jasa-jasa Al Zahrawi,
sebuah jalan di Cordova dinamai dengan Calle Albucasis atau Jalan Abul Qasim Al
Zahrawi. Pada dinding di salah satu rumah di jalan itu, Badan Pariwisata
Spanyol menempelkan sebuah prasasti bertuliskan, “Ini adalah rumah tempat
tinggal Abul-Qasim,” tepatnya pada 1977 silam.
Merawat fisik dengan aneka produk perawatan skincare
hingga glowing, sah-sah saja asal halal zat dan cara memperolehnya. Jangan
sampai demi terlihat glowing, memaksakan diri memperoleh skincare
dengan segala cara yang mengundang dosa.
Dari Abu Hurairah
berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian,
tetapi Ia melihat hati dan amal kalian."
(HR. Bukhari) []
Kontributor:
Puspita Satyawati
(Pemimpin
Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)
Wakaf Jariyah untuk Sarana Air Bersih bisa dikirimkan ke https://linktr.ee/id.berbagikebaikan