Tuesday, October 1, 2024

Dunia Nyata dan Dunia Maya Sama Hisabnya: Ahsanlah dalam Bertutur Kata

Hukum bicara dalam Islam

 

ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Jarimu harimaumu! Peribahasa ini seringkali dikaitkan dengan peringatan agar seseorang menjaga perkataan (tulisan, unggahan, ketikan di media sosial), karena bila salah akan mendatangkan celaka. Sayangnya, peringatan ini seolah tak berlaku lagi. Nilai agama dan moral pun diabaikan.

Manusia moderen merasa bebas meluapkan perasaan dan emosi lewat diksi apa pun. Apalagi di dunia maya yang satu sama lain tak langsung bertatap muka. Membuat warganet lebih leluasa mengekspresikan komentarnya. Dari yang bernada biasa hingga julid bahkan berbau porno. Sebagaimana yang terjadi pada penyanyi Bernadya. Ia menjadi korban pelecehan seksual verbal di internet. Videonya di TikTok dipenuhi komentar tidak senonoh hingga akhirnya ia menonaktifkan kolom komentar.

Beberapa komentar warganet yang jorok adalah kata yang merujuk ke “tobrut” atau “toket brutal”. Ini merupakan istilah yang menyinggung pay**ara. Mereka menuliskannya begini, “Mau ke mana brut” dan “Brutnadya.” Komentar tersebut dianggap sebagai bentuk pelecehan seksual, sebab istilah “tobrut” menyinggung bagian tubuh perempuan, mengobjektifikasinya, dan mengaitkannya dengan unsur seksual (kumparan.com, 27/9/2024).

Tak hanya dalam kasus Brutnadya. Anak dan remaja hari ini juga sering menggunakan bahasa kasar dalam keseharian. Mengumpat saat main game online atau ketika bercanda dengan teman. Tontonan film termasuk drakor favorit mereka pun tak lepas dari umpatan-umpatan khas anak muda.

Miris! Karena sebagian dari mereka adalah remaja Muslim yang seharusnya bisa menjaga adab berkata-kata, baik dengan lisan maupun tulisan. Padahal Islam telah mengajarkan pemeluknya untuk berkata baik, berlemah lembut dalam bertutur, dan tidak menyakiti perasaan orang lain. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam mengingatkan, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Bahaya komentar netizen
Ilustrasi mudahnya warganet menulis komentar cabul. Foto: ASF/Canvapro

Bahasa Arab: Bahasa Al-Qur'an

Terlebih seorang Muslim telah memiliki kitab suci yang indah sekali bahasanya yaitu Al-Qur'an. Al-Qur'an berisi kalam Ilahi, diturunkan oleh Allah sebagai pemandu manusia dalam menjalani kehidupan di seluruh sisi. Di dalamnya menggunakan bahasa Arab. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

 

 إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya Kami telah jadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian memikirkannya” (QS. Yusuf: 2).

Allah Ta'ala menegaskan dalam ayat tersebut bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang dipergunakan dalam Al-Qur’an. Pun dalam firman-Nya yang lain, “Sesungguhnya kami telah menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, supaya kalian bisa memahaminya” (QS. Az Zukhruf: 3).

Terkait dipilihnya bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an, Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, ”Karena bahasa Arab adalah bahasa paling fasih, paling jelas, paling luas, dan paling banyak pengungkapan makna yang dapat menenangkan jiwa. Oleh karena itu, kitab yang paling mulia ini (yaitu Al-Qur’an) diturunkan dengan bahasa yang paling mulia (yaitu bahasa Arab).”

Hal senada disampaikan Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah ketika beliau menjelaskan QS. Asy-Syu’ara: 192-195, ”Bahasa Arab adalah bahasa yang paling mulia. Bahasa Rasul yang diutus kepada mereka dan menyampaikan dakwahnya dalam bahasa itu pula. Bahasa yang jelas dan gamblang. Dan renungkanlah bagaimana berkumpulnya keutamaan-keutamaan yang baik ini. Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia, diturunkan melalui malaikat yang paling utama, diturunkan kepada manusia yang paling utama pula, dimasukkan ke dalam bagian tubuh yang paling utama yaitu hati, untuk disampaikan kepada umat yang paling utama, dengan bahasa yang paling utama dan paling fasih yaitu bahasa Arab yang jelas” (Taisiir Karimir Rahman, hlm. 598).

Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'an juga bukan semata-mata karena Rasululullah itu orang Arab dan kaumnya adalah bangsa Arab, melainkan banyak faktor dan hikmah dapat dijadikan pelajaran linguistik mengapa Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab. Sebagai bukti kesempurnaan Al-Qur'an, dapat diverifikasi bahwa tidak akan pernah ada bacaan yang sebanding atau dapat menandinginya dari sisi kedalaman makna maupun keindahan tata bahasa.

Menurut M. Quraisy Shihab, Al-Qur'an terbebas dari keterbatasan ruang dan waktu. Walaupun turun di masa Nabi, namun inspirasi Al-Qur'an akan selalu relevan sampai kapan pun, di mana pun, dan bagi masyarakat di belahan dunia mana pun. Keunggulan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'an yaitu;

Pertama, bahasa Arab memiliki kosakata sangat banyak, lebih dari 12 juta kosakata. Makin banyak kosakata yang dimiliki suatu bahasa, maka bisa semakin jelas dan luas pengertian, makna, dan pesan yang dikandungnya.

Kedua, bahasa Arab dalam Al-Qur'an itu sangat logis, rasional, dan kontekstual. Tidak mengandung sedikit pun kecacatan atau kekeliruan, baik dari segi gramatika, semantik, maupun stilistik dan pragmatiknya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, “Ialah Al-Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa” (QS. Az Zumar: 28).

Masya Allah. Bahasa Al-Qur'an sungguh luar biasa! Dengan berbagai keistimewaannya mampu mampu meng-i'jaz (melemahkan) hati-hati yang beku untuk menerima cahaya kebenaran dari Rabb-Nya.

 

Keindahan bahasa Qur'an

Bahasa yang Sangat Indah   

Menurut Izzath Uroosa dalam Learning Arabic Language of The Qur’an, bahasa Arab adalah bahasa yang sangat indah. Bagi orang beriman, Al-Qur'an membuka dunia baru di mana kejahatan harus ditolak dan kebajikan harus dipromosikan. Sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman dapat merasakan efek magis (magical effects) dari Al-Qur'an, tetapi tidak ingin mengubah hidup mereka.

Dan istimewanya, tidak ada manusia yang bisa menandingi dan meniru keindahan bahasa Al-Qur'an. Allah telah menantang manusia yang dapat meniru Al-Qur'an dan akan memberi pelajaran (hukuman) bagi siapa pun yang menirunya. Contohnya Musailamah Al-Kadzdzab, ia mencoba membuat surat yang persis seperti surat Al Qori'ah. Bukannya mendapat pujian dari orang Arab, ia mendapatkan ejekan dan cibiran bahkan menjadi bahan tertawaan masyarakat karena melakukan perbuatan bodoh dan menampakkan kelemahannya di hadapan orang Arab.

Hati orang Quraisy yang pada masa Rasulullah bisa jadi belum menerima Islam, belum beriman pada dakwah Islam, akan tetapi hati mereka saat itu tetap tidak dapat memungkiri keindahan gaya bahasa Al-Qur'an, keindahan lantunan ayat suci ini. Jika mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dibacakan, sontak orang Quraisy terkagum-kagum bahkan terpesona dengan keindahannya.

Di satu sisi indah bahasanya, di sisi lain Al-Qur'an tetap tegas dalam membedakan antara haq (kebenaran) dan batil (kesalahan). Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (jangan pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya)" (QS. Al Baqarah: 42).

Al-Qur’an memandang bahwa haq dan batil tidak mungkin bersatu. Karena haq itu berpihak kepada Allah sementara batil berpihak kepada musuh-musuh Allah. Allah siapkan surga bagi umat Islam yang berada di pihak yang benar dan menyiapkan neraka bagi kafir di pihak yang salah. Tidak mungkin ada peluang bersatu antara keduanya.

Demikianlah, Al-Qur'an telah mengajarkan kepada umat Islam untuk berbahasa secara indah. Lantas mengapa sebagian Muslim justru terbiasa berucap kasar bahkan berkomentar jorok dalam berinteraksi di media? Padahal antara dunia nyata dan dunia maya tak ada beda hisabnya. Siapa pun yang berucap kotor maka Allah kelak akan membalas kekotoran tersebut. Dan yang baik dalam tutur katanya, pasti Allah akan membalasnya dengan kebaikan. []

 

 

 

Kontributor: Puspita Satyawati

(Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)

 

Kirimkan Wakaf Jariyah untuk Saudara kita di Pelosok ke 

https://linktr.ee/id.berbagikebaikan