ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- "Jadi ibu rumah tangga (IRT) itu enggak produktif. Enggak menghasilkan uang. Hanya ngabis-ngabisin uang suami." Mungkin Anda pernah mendengar ungkapan tersebut? Atau, "Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau hanya jadi ibu rumah tangga?"
Begitulah opini umum yang hingga hari ini masih
berkembang di tengah masyarakat. Menjadi IRT seakan aib. Kedudukan rendahan.
Memalukan. Tak elok dilakukan. Akibatnya, sebagian IRT merasa insecure dan
tidak bahagia menjalankan perannya. Ketika ditanya pekerjaan (profesi)nya apa,
mereka menjawab, "Saya hanya IRT," atau "Saya IRT saja."
Merasa perlu menyertakan kata "hanya" dan "saja." Seolah
tak bernilai apa-apa.
Ditambah bila IRT tinggal di lingkungan (situasi)
yang tidak kondusif. Minim support system dalam menjalankan peran
keseharian. Misalnya, suami kurang peduli dan enggan membantu aktivitas
domestik sang istri. Atau keberadaan mertua julid, nirempati, dan terkesan
menuntut kesempurnaan sang menantu. Akibatnya, IRT bisa stres, tidak nyaman
beraktivitas di rumah, hingga tidak optimal menunaikan amanah yang mulia ini.
Buah Feminisme
Diakui atau tidak, berkembangnya opini negatif di
atas merupakan buah "perjuangan" para feminis. Berdalih
memperjuangkan hak-hak serta nasib perempuan, nyatanya pemikiran mereka justru
merusak fitrah kaum hawa.
Berawal dari pandangan feminis bahwa menjadi IRT itu
bukan kodrat, tapi bentukan budaya masyarakat patriarkal yaitu masyarakat yang
menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam
berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
Mereka memang mengakui dalam aktivitas mengandung,
melahirkan, dan menyusui hanya perempuan yang bisa melakukan. Tapi kegiatan
seperti memasak, mencuci, menyapu, dan aktivitas domestik lainnya, tak harus
perempuan yang menjalani. Laki-laki juga bisa kok, kata mereka.
Termasuk mereka tidak menyepakati pembagian tugas
lelaki sebagai qowwam dan perempuan sebagai pihak dipimpin. Pun mereka tidak
setuju adanya pembagian tugas lelaki mencari nafkah dan perempuan di rumah
mendidik anak serta mengatur rumah tangga. Sekali lagi, karena menurut mereka
ini bukan kodrat. Tapi peran yang dibentuk oleh budaya patriarkal.
Kini para feminis mengembangkan konsep bapak rumah
tangga. Istri yang bekerja, bapak yang mengurus rumah. Seolah ingin menunjukkan
bahwa tuh kan perempuan juga bisa bekerja, jadi pemimpin dalam keluarga, setara
dengan pria.
Alih-alih meningkatkan harkat dan martabat perempuan,
buah pikir para feminis justru menambah beban. Perempuan dipaksa berperan
ganda. Tak lagi hanya sebagai tulang rusuk tapi sebagai tulang punggung
keluarga. Mencabut fitrah keperempuanan. Padahal jika fitrah rusak, rusak
pulalah sisi hidup terkait lainnya. Contoh; perempuan rentan dieksploitasi baik
tenaga maupun tubuhnya, pelecehan seksual terhadap perempuan meningkat,
anak-anak kurang terurus hingga banyak kriminalitas remaja, merasa mandiri
hingga mudah gugat cerai, dan seterusnya.
Ilustrasi IRT masa kini dituntut berperan ganda di luar rumah mencari nafkah. Foto: ASF/Canvapro
Bukannya mengurangi stres IRT dan membuat perempuan lebih berdaya, pemberdayaan perempuan ala feminis justru menambah masalah bagi perempuan, keluarga, dan generasi. Perempuan bertambah beban hidupnya, kaki penopang keluarga pincang, dan anak-anak kurang didikan serta kasih sayang. Lantas, akan dibawa ke mana arah bangsa ini di masa depan?
Tips ikhlas
Agar IRT tidak stres dan lebih bahagia dalam hidup,
solusinya bukan dengan meninggalkan peran domestiknya. Atau dobel peran dengan
menyamai kerja lelaki. Tetapi kunci bahagia itu saat seseorang ikhlas menjalani
peran dan fungsi kehidupannya.
Dalam Islam, ukuran bahagia itu bukan dari seberapa
banyak seseorang memiliki materi; harta, jabatan, kekuasaan. Tapi kebahagiaan
adalah saat meraih ridha Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. Kebahagiaan akan diraih,
tatkala seseorang menjalankan kehidupan sesuai perintah Allah Subhanahu Wa
Ta'ala dan menjauhi segala
larangan-Nya (Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Nizhamul Islam).
Sebuah syair dalam bahasa Arab menyebutkan, “Wa-lastu
araa as-sa’adata jam’u maalin wa-laakin at-tuqaa lahiya as-sa’iidu.”
Artinya, kebahagiaan bukanlah mengumpulkan harta benda, tetapi takwa kepada
Allah Ta'ala.
Berikut tips agar IRT ikhlas menjalani amanah
mulianya;
Pertama, meluruskan niat. Menjalani peran IRT semata-mata ingin
mencari ridha-Nya. Bukan ridha manusia. Sehingga Allah Subhanahu
Wa Ta'ala akan membalas sesuai apa yang
dinatkan.
Kedua, memahami tugas ummun wa rabbatul bait sebagai
bagian dari ibadah kepada Allah Ta'ala. Dalam kitab
Muqaddimah Dustuur terdapat sebuah kaidah: Al Ashlu fil mar'ati annahaa
ummun wa rabbatul baiti wa hiya 'irdhun an yushana (hukum asal seorang
perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, dialah kehormatan yang wajib
dijaga). Menjalaninya sebagai amanah (perintah) dari Allah. Lillah, fillah,
billah.
Ketiga, menganggap
masalah sebagai ujian dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Bersabar dalam
menjalani dan mencari solusi. Ujian diberikan bisa jadi untuk menghapus dosa
(kesalahan) atau untuk meninggikan derajat sang hamba di mata Rabb-nya.
Keempat, selalu
berprasangka baik kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ini akan membuat
kita tenang. Dalam kondisi apa pun kita berupaya mengambil pelajaran terbaik
yang berguna untuk menjalani kehidupan.
Kelima, senantiasa
bersyukur. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan
karena setiap perkaranya baik. Jika ia mendapat kesenangan ia bersyukur dan itu baik
baginya. Jika ia tertimpa kesulitan ia bersabar dan itu baik baginya” (HR. Muslim).
Keenam, meningkatkan taqarrub ilallah
(mendekatkan diri pada Allah). Dengan cara memperbanyak doa, ibadah sunah dan
amal shalih. Inilah kekuatan ruhiyah sebagai modal dasar seorang mukmin
menjalani kehidupan, terutama ketika menghadapi masalah atau ujian.
Demikian beberapa
hal yang bisa dilakukan oleh IRT untuk merawat keikhlasan dalam menjalankan
perannya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa memberikan kemudahan bagi
para ibu dalam meniti salah satu jalan menuju surga-Nya ini. Aamiin. []
Kontributor: Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)
Wakaf Jariyah untuk Sarana Air Bersih bisa dikirimkan ke https://linktr.ee/id.berbagikebaikan