ID.BERBAIKEBAIKAN.COM- 'Nikmir', 'Lolly', dan 'Loly.' Daftar trending topic X hingga Kamis (19/9/2024) diisi dengan kata-kata tersebut. Mengapa? Ini gegara Nikmir melaporkan pacar putrinya ke polisi dengan tuduhan menghamili dan menyuruh aborsi dua kali. Namun Lolly menolak tuduhan itu bahkan mengaku Nikmir bukan ibunya lagi, karena mereka sudah tak berkomunikasi selama dua tahun.
Perseteruan ibu anak ini memuncak saat Lolly dijemput paksa oleh Nikmir
di apartemennya. Lalu dibawa ke rumah
sakit untuk divisum demi memperkuat laporan Nikmir terhadap Vadel terkait kasus
dugaan pencabulan anak dan aborsi (inews.id, 19/9/2024).
Miris! Hubungan ibu anak yang harusnya harmonis, justru seperti anjing
dengan kucing. Alih-alih saling menyayangi, justru yang hadir rasa benci. Kisah ini hendaknya jadi muhasabah bagi orang
tua terkait pola asuh terhadap anak selama ini. Bila ada anak nakal,
bermaksiat, durhaka pada orang tua, lantas bagaimana dengan orang tuanya?
Adakah Orang Tua Durhaka?
Siapa yang tak kenal kisah Malin Kundang? Ia adalah ikon anak durhaka.
Hingga konon dikutuk menjadi batu oleh ibunya. Bila ada anak durhaka, adakah
orang tua durhaka?
Suatu hari, seorang pria mendatangi Khalifah Umar bin Khaththab
mengadukan perbuatan durhaka anaknya, "Wahai Amirul Mukminin, anakku telah
durhaka padaku." Lalu Umar memanggil anak itu dan menasihati, "Apakah
engkau tidak takut Allah dengan durhaka terhadap ayahmu? Penuhilah hak
orangtuamu!"
Sang anak bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga punya hak
atas orang tuanya?” Umar menjawab, “Benar.” Anak itu pun bertanya, “Apakah
hak-haknya?” Umar menjelaskan, “Memilih ibu yang baik untuk anak-anaknya,
memberikan nama yang baik, dan mengajarkan Al-Qur'an padanya.”
Anak itu menyahut, “Wahai Amirul Mukminin, ayahku belum memberi satu pun
hakku. Ibuku budak berkulit hitam beragama Majusi. Ia memberiku nama Ju’al
(kumbang yang berlumuran kotoran hewan). Ia belum pernah mengajariku kitab
Allah meski hanya satu huruf.”
Kemudian Umar berkata pada sang ayah, “Kamu datang padaku mengadu
kedurhakaan anakmu. Sementara kamu telah mendurhakainya sebelum ia
mendurhakaimu. Engkau telah berlaku buruk padanya sebelum dia berlaku buruk
padamu."
Orang tua durhaka manakala dia ingkar terhadap perintah Rabb-nya
dalam memenuhi hak-hak anak yang menjadi amanah dari-Nya. Hak anak antara lain;
dididik, dibimbing, diberi teladan,
dipenuhi kebutuhan pokoknya, disayang, diperhatikan, dan seterusnya.
Dan tanpa disadari perilaku buruk orang tua akan mudah ditiru oleh anak.
Karakter, sikap, dan kebiasaan ayah bunda yang dilihat dan dirasakan sang anak
akan direkam dan dipraktikkan. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, begitulah
kata peribahasa.
Maka ayah bunda hendaknya bermuhasabah bila menjumpai ananda
berperilaku tidak sebagaimana mestinya. Jangan-jangan di balik kenakalan atau
kemaksiatan tersebut ada kontribusi orang tua dalam mewujudkannya. Ya,
bagaimana pun tak ada orang tua sempurna. Mungkin tanpa sengaja ada kesalahan
pengasuhan yang membuat anak berperilaku menyimpang. Mengapa tidak tunjuk diri
untuk mengevaluasi daripada tunjuk sana-sini mencari kesalahan orang lain?
![]() |
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anaknya. foto: ASF/Canvapro |
Didik Anak dengan Agama
Sebaik-baik pemberian orang tua kepada anak adalah pendidikan yang
berbasis akidah Islam. Inilah jaminan kebahagiaan sekaligus keselamatan dunia
akhirat. Bila orang tua tak membekali agama, bagaimana ananda paham konsep
halal haram, apa yang dilarang dan dibolehkan, mana yang benar dan salah?
Berikut hal-hal yang bisa dilakukan orang tua dalam mendidik anak
berlandaskan agama;
Pertama, menanamkan iman sebagai
asas (pondasi). Inilah kunci sukses salafus shalih dalam mendidik
putra-putrinya. Iman yang menjiwai ananda akan menjadi pelindung sejati di mana
pun dan kapan pun mereka berada. Selalu merasa Allah Subhanahu Wa
Ta'ala mengawasinya. Muncul rasa takut dan malu
kala hendak menyelisihi aturan-Nya.
Kedua, memahamkan syariat
agama. Orang tua menjelaskan hukum perbuatan; wajib, sunah, mubah, makruh, dan
haram. Memberikan contoh mana yang halal dan haram. Hingga mereka bisa
membedakan yang baik dengan yang buruk. Serta termotivasi untuk menjalankan
dalam keseharian.
Ketiga, pembiasaan sejak dini.
Menjadi manusia taat syariat itu butuh proses dan pembiasaan. Sejak kapan?
Semakin dini anak dibiasakan maka ketaatan akan lebih mudah dibentuk. Contoh;
membiasakan menutup aurat dengan kerudung dan jilbab bagi anak perempuan,
shalat, dan lain-lain.
Keempat, keteladanan. Orang tua
juga mesti memproses diri menjadi sosok shalih-shalihah. Tak bisa hanya
menuntut anak menjadi pribadi islami, ayah bunda pun mesti menshalihkan diri.
Jangan jadi orang tua 'jarkoni' (iso ujar ora iso ngelakoni/bisa bicara tapi
tak mampu melakukan). Contoh bisa jadi lebih efektif daripada sekadar kata.
Kelima, mengarahkan sirkel
teman yang baik. Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam bersabda, “Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah
kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Keenam, menjalin bonding
(ikatan emosional) yang erat. Bonding yang kuat akan terwujud manakala
orang tua dan anak sering berdialog, berbicara dari hati ke hati, curhat tanpa
beban, hingga masing-masing bisa menyelami pikiran dan perasaan antarmereka. Bonding
kuat akan menjadi modal bagi anak menghadapi hiruk-pikuk persoalan di
sekitarnya.
Ketujuh, memberikan makanan
halal dan thayyib. Hendaknya orang tua hanya memberikan makanan yang
halal dari sisi zat maupun cara memperolehnya. Pun mengandung gizi yang menunjang
tumbuh kembang mereka. Jangan pernah memberi makanan haram pada ananda karena;
bisa menghalangi dikabulkannya doa, sulit mendengar nasihat kebaikan, dan malas
beramal shalih.
Kedelapan, mendorong anak untuk thalabul
ilmi. Terlebih belajar ilmu agama yang bersifat fardhu 'ain, sebagai bekal
menjalani kehidupan. Anak tentu lebih bersemangat apabila orang tua juga
membersamai dalam belajar.
Kesembilan,
mendoakan anak agar menjadi generasi shalih-shalihah. Pun sebagai pemimpin
bagi orang-orang bertakwa. Doa yang diajarkan untuk dilantunkan yaitu;
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada
kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyejuk pandangan mata, dan
jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa" (QS. Al Furqan: 74).
Demikian langkah-langkah orang tua dalam memberikan pendidikan berbasis agama
Islam. Jika ayah bunda tak mau berpayah-payah mengajarkannya, bukankah itu
artinya merelakan ananda untuk dididik oleh lingkungan serba sekuler dan
liberal seperti saat ini? []
Kontributor: Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)
Kirimkan Wakaf Jariyahmu untuk saudara kita yang membutuhkan di link https://linktr.ee/id.berbagikebaikan