Tuesday, September 17, 2024

Astronomi dalam Islam: Tak Sekadar Pengetahuan, tapi Penguat Keimanan

Ilmu astronomi dalam Islam

 

ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Apa kabar hari ini? Sudahkah Anda meluangkan waktu sekian detik atau menit untuk memandangi alam sekitar dan men-tadabburi-nya? Merasakan betapa indahnya bunga bermekaran di halaman, kokoh menjulangnya gunung di kejauhan, sinar sang surya yang cerah berkilauan. Seiringnya, lukisan alam itu akan mencerahkan pikiran dan perasaan. Karena mengingatkan pada keagungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Sang Maha Pencipta Alam Semesta dan kehidupan. Masya Allah. Allahu Akbar!

Muslim dan astronomi (alam semesta). Sebenarnya relasi keduanya bukan hal asing. Mengapa? Karena banyak ayat Al-Qur'an yang membahas tentang alam semesta (astronomi). Astronomi merupakan bidang yang luas dan terbagi menjadi beberapa cabang ilmu mencakup berbagai aspek alam semesta. Secara spesifik, astronomi adalah ilmu alam yang mempelajari benda langit dan fenomena alam yang terjadi di luar bumi, termasuk fenomena di atmosfer atas bumi yang berasal dari luar angkasa seperti meteor dan aurora (wikipedia.org).

Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta. Misalnya firman Allah Ta'ala, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal" (QS. Ali Imran: 190).

Hal ini menunjukkan apresiasi besar dari Al-Qur'an terhadap pengkajian alam semesta. Secara teologis, kajian astronomi merupakan salah satu pintu untuk mengetahui tujuan Allah menciptakan alam semesta. Pun sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada-Nya. Menurut Seyyed Hossein Nasr, alam semesta sejatinya merupakan Al-Qur'an at takwini, sementara firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala merupakan Al-Qur'an at tadwini.

 

Keindahan langit menyimpan banyak hikmah
Dalam Al-Qur'an ada beberapa ayat yang menyebutkan lanit, bintang, dan alam semesta. Foto: ASF/Canvapro

Peradaban Islam Lahirkan Astronom Besar

Dikutip dari artikel Astronomi Islam Tak Sekadar Hisab dan Rukyat karya Prof. Fahmi Amhar, peradaban Islam telah melahirkan ratusan astronom besar yang menciptakan ratusan teknik pengamatan berikut alat-alatnya, ratusan rumus dan metode perhitungan, ratusan jenis tabel almanak astronomi dan kepada dunia mewariskan ribuan bintang-bintang yang hingga kini masih diberi nama dengan nama-nama Arab (bahasa yang sangat dominan dalam dunia astronomi).

Pada awalnya, umat Islam mewarisi astronomi dari bangsa-bangsa taklukannya, yaitu Mesir kuno, Yunani, Persia dan India.  Namun umat Islam telah memurnikan astronomi dari “saudara tirinya” yaitu astrologi (ilmu meramal nasib dengan perbintangan).  Dalam literatur Arab awal, ilm-al-Nujum  (ilmu bintang) digunakan baik untuk astronomi maupun astrologi.  Pemisahan yang tegas dilakukan oleh Abu Al Rayhan Al Biruni pada abad 11.  Kajian astrologi ditolak oleh para ilmuwan Muslim, termasuk Al Farabi, Ibn Al Haytham, Ibnu Sina, dan Ibnu Ruysd.  Alasannya, astrologi terpengaruh pandangan hidup, bukan sesuatu yang empiris (diamati secara sistematis dari fakta alam).

Astronomi berkembang karena  kaum Muslim butuh menjelajah dunia demi perburuan ilmu ke negeri jauh seperti Tiongkok, maupun menjawab tantangan jihad fi sabilillah. Saat itu, rival utama adalah Kekaisaran Romawi pemilik angkatan laut terkuat di Laut Tengah. Angkatan laut dilawan dengan angkatan laut. Untuk menentukan posisi dan arah di tengah lautan diperlukan navigasi dengan astronomi. Semakin teliti navigator menentukan posisinya di tengah laut dengan pengamatan matahari, bulan atau bintang, maka kian akurat menghitung waktu yang diperlukan menuju sasaran, dan jumlah logistik yang dibawa tanpa memberati kapal.

Dalam astronomi, karya astronom Mesir/Yunani kuno Ptolomeus, terutama dalam kitab Almagest, dan karya astronom India kuno Brahmagupta, telah dikaji dan direvisi secara signifikan oleh astronom Muslim.  Tabel astronomi dari Al Khawarizmi dan Maslamah bin Ahmad Al Majriti merupakan sumber informasi penting bagi para pemikir Eropa, ketika astrologi telah dicemooh.

Kontribusi lain dari astronom Muslim seperti Al Biruni adalah teori bahwa galaksi Bimasakti merupakan kumpulan gugusan bintang yang berdiri sendiri dan pergerakannya lepas dari bumi atau matahari. Astronom Muslim juga mengembangkan berbagai alat pengamatan. Yang besar dipasang di observatorium bintang, yang kecil dibawa perjalanan seperti astrolabium.

Ja’far Muhammad bin Musa bin Syakir menemukan fakta bahwa benda-benda langit terkena hukum fisika yang sama dengan bumi.  Ibn Al Haytsam mendapati bahwa “lapisan langit” tidaklah padat seperti kepercayaan orang hingga saat itu, dan bahkan langit lebih tipis dari udara.  Penemuan-penemuan inilah yang beberapa abad kemudian dielaborasi oleh Isaac Newton.

Pada masa keemasan Islam, banyak orang kaya atau penguasa yang berwakaf dengan mensponsori pembangunan observatorium, lengkap astronom untuk melakukan riset. Hasilnya adalah tabel almanak astronomi yang paling mutakhir dan akurat di zamannya. Tabel itulah yang dibawa pelaut dan mujahidin menembus batas cakrawala dunia Islam, menemukan tempat baru bagi dakwah Islam. Pun selangkah lebih maju dari para pelaut penjajah yang selalu mengintai kelengahan kaum Muslim. Demikianlah astronomi dalam lintasan sejarah peradaban Islam. Tak hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, tapi juga demi kepentingan dakwah Islam dan jihad fi sabilillah.  

 

Motivasi Ruhiyah

Perkembangan astronomi pada peradaban Islam didorong oleh motivasi yang saling berkaitan. Bila ditelaah setidaknya ada empat sumber motivasi yaitu;

Pertama, motivasi praktis. Terkait kebutuhan sipil administratif, sosial, dan ritual keagamaan. Berangkat dari kebutuhan praktis keseharian seperti menentukan arah perjalanan dan perdagangan terutama di malam hari, serta menentukan musim bercocok tanam dan memanen. Sementara terkait ritual ibadah umat Islam misalnya penentuan waktu shalat berdasar posisi dan gerak harian matahari dalam sehari semalam, penentuan arah kiblat terkait jarak sudut dan posisi (antara lokasi Ka'bah, titik kutub utara, dan lokasi seseorang berada), penentuan awal puasa dan hari raya terkait hilal, dan lain-lain.

Penentuan arah kiblat dan waktu sholat
Ilmu astronomi dibutuhkan dalam beberapa ibadah harian bagi umat Islam. Foto: ASF/Canvapro

Kedua, motivasi ilmiah. Perkembangan astronomi menyebabkan lahirnya penelaahan, dialog, diskursus, dan dialektika dinamis di kalangan astronom Muslim yang melahirkan karya tulis astronomi. Secara literasi dan keilmuan, problem astronomis yang banyak muncul terdapat dalam teks “Almagest” karya Ptolemeus yang menjadi sumber motivasi ilmiah terbesar berkembangnya astronomi dalam Islam. Dari sini lahir banyak temuan terkini yang secara substansial berbeda dengan konstruksi astronomi Yunani, teks astronomi India, Persia, China, dan lainnya.

Ketiga, motivasi filosofis. Ini terkait pandangan kosmologis bahwa astronomi adalah induk ilmu pengetahuan alam. Penguasaan astronomi merupakan pintu masuk memahami prinsip kerja alam raya yang begitu eksak dan teratur. Para astronom Muslim memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk menyingkap keteraturan dan keunikan alam semesta yang merupakan tanda (ayat) keagungan Allah.

Keempat, motivasi teologis. Inilah motivasi terbesar berkembangnya astronomi di peradaban Islam. Berangkat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang menggambarkan fenomena astronomi, sekaligus memerintahkan manusia untuk merenungkan, mempelajari, meneliti, dan mengambil hikmah di baliknya. Adnan asy-Syarif (2004) dalam karyanya “Min ‘Ilm Al Falak Al Qur’any” (Di antara Sains Astronomi Al-Qur’an), menyebutkan ada ratusan ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang alam semesta (astronomi).

Demikianlah motivasi kaum Muslimin dalam mempelajari astronomi. Aspek teologis (ruhiyah) menjadi motivasi terbesar mengembangkan astronomi dalam peradaban Islam. Astronomi menjadi sarana menguatkan keimanan pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

 

 

Kontributor:

Puspita Satyawati

(Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)

 

Pilih Program Kebaikan sesuai kesukaanmu ke  https://linktr.ee/id.berbagikebaikan