Monday, September 16, 2024

Doa dan Usaha: Jangan Jadi Manusia Instan

Doa dan Usaha

 

ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Kecil dimanja, remaja hura-hura, tua kaya-raya, mati masuk surga. Inilah adagium favorit bagi manusia beraliran hedonisme pragmatis. Ingin kaya tapi tak mau kerja. Ingin masuk surga tapi tak ada upaya. Memang bisa?

Gaya hidup serba cepat (instan) yang disukai oleh manusia modern, tak hanya berlaku saat memasak mie atau makanan lainnya. Pun berlaku dalam aktivitas mencari harta. Sistem kapitalisme sekuler telah sukses mendidik manusia untuk hidup sekadar kejar materi, mata duitan, dengan cara instan. Halal-haram? Sama sekali tak diperhatikan. Mayoritas masyarakat menganut prinsip ekonomi kapitalisme yaitu sekecil-kecilnya usaha demi memperoleh hasil sebesar-besarnya.

Bahaya judi online
Banyak orang berhalusinasi cepat kaya dengan judi online. Foto: ASF/Canvapro

Jadilah cara instan menjadi pilihan utama. Mengapa judi online (judol) sangat marak di negeri ini? Salah satunya karena si pelaku ingin dapat cuan melimpah tanpa kerja keras dan susah. Pola pikir seperti ini juga membuat orang berperilaku nyeleneh. Coba buka akun TikTok, Anda akan menjumpai unggahan aneh-aneh. Demi meraih viewer dan gift, batas kesopanan diterabas bahkan tak mengindahkan nilai-nilai agama. Berjoget dengan gaya sensual, membuka aurat, menyanyi dengan suara mendayu, dan sebagainya. Demi konten, harga diri dan kehormatan dipertaruhkan. Nastaghfirullaah.

 

Doa Tak Segera Terkabul

Tak hanya soal cari harta atau aktivitas lainnya yang manusia suka instan. Bahkan saat berdoa meminta pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga inginnya instan. Segera dikabulkan. Sehingga merasa galau atau sedih ketika Allah belum memberikan jawaban.

Berdoa
Ilustrasi seorang muslim terus berdoa walau banyak keinginan belum terkabul. Foto: ASF/Canvapro

Mungkin kita merasa telah banyak berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan sungguh-sungguh tetapi Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak atau belum mengabulkannya. Padahal semua sebab terkabulnya doa telah dilakukan seperti; ikhlas dan tidak berbuat syirik, memulai dengan pujian dan shalawat, yakin akan dikabulkan-Nya, memilih waktu dan tempat mustajab, meninggalkan makanan, minuman, dan pakaian haram, meninggalkan maksiat dan bertobat, hingga mengerjakan ketaatan dan bertawasul dengan nama-nama Allah Ta'ala.

Sehingga hati ini terus bertanya, “Ada apa gerangan? Mengapa doaku belum dikabulkan? Bukankah Allah Maha Kuasa dan mengabulkan doa hamba yang meminta kepada-Nya? Apakah Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak sayang kepadaku? Pun bukankah Allah mengatakan, "Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya untuk kalian" (QS. Ghafir: 60)?

Bersabar ya, ingatlah bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam juga bersabda, "Tidak ada seorang Muslim pun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikannya salah satu dari tiga hal berikut; Allah akan mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat, atau memalingkannya dari keburukan semisalnya. Lalu para sahabat berkata, 'Kalau begitu kami akan memperbanyak doa kami.' Beliau berkata, 'Allah lebih banyak lagi'” (HR. Ahmad).

Hadis di atas menerangkan bahwa seseorang yang telah melaksanakan sebab-sebab dikabulkannya doa, insya Allah doanya akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Jika tidak dikabulkan, maka akan diakhirkan atau diberikan kebaikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala di hari kiamat, atau Allah sengaja tidak mengabulkan doanya di dunia agar dia terhindar dari akibat buruk bila doa tersebut dikabulkan dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala memalingkannya kepada sesuatu yang lebih baik dari apa yang dipinta.

Selain itu, hadis ini juga menampakkan semangat para sahabat dalam beribadah. Mereka mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa kami.” Itulah yang seharusnya kita lakukan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yaitu memperbanyak doa kepada-Nya.

Adapun dari perkataan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, “Allah lebih banyak lagi,” para ulama menyebutkan beberapa makna di antaranya; pertama, Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan lebih banyak mengabulkannya daripada banyaknya doa yang kalian minta. Kedua, Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan lebih banyak memberikan karunia dan keutamaan daripada doa yang kalian minta. Ketiga, Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan lemah dengan banyaknya permintaan kalian, dan lain-lain.

Hadis ini hendaknya membuat kita bertambah yakin bahwa Allah Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui seluruh hikmah dan Maha Sayang kepada hamba-hambanya. Teruslah bersabar meski doa belum dikabulkan, bersyukur atas seluruh pemberian-Nya, serta selalu berbaik sangka kepada Allah Ta'ala.

 

Ridha Ketetapan-Nya

Sebagai mukmin, kita memahami bahwa apa pun yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu baik. Di balik doa yang belum atau tidak terkabul pasti ada kebaikan. Demikian pula, dalam doa yang dikabulkan juga mengandung kebaikan.

Ridha. Ya, inilah sikap yang mesti dilakukan Muslim dalam menerima setiap keputusan-Nya. Ridha terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah bentuk kerelaan dalam menerima semua kejadian yang dialaminya dengan ikhlas, sabar, dan senang atas ketetapan yang telah diberikan. Sikap ini merupakan pintu yang paling agung menuju surga. Pun menjadikan hati seorang hamba merasa tenang di bawah kebijakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dalam Islam, konsep keridhaan sangat penting karena menggambarkan hubungan manusia dengan penciptanya. Seorang Muslim berusaha untuk hidup sesuai ajaran Islam dan menjalankan perbuatan demi mendapatkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Konsep ini juga terkait keyakinan bahwa segala hal yang terjadi dalam kehidupan baik suka maupun duka merupakan rencana Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sikap tawakal (pasrah dan berserah diri) kepada rencana-Nya merupakan bagian dari mencari ridha-Nya.

Dan sekalipun doa belum dikabulkan, bukankah Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan tetap memberikan pahala? Karena berdoa adalah bagian dari ibadah bahkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menyebut doa sebagai otak ibadah (HR. Bukhari). Otak adalah bagian terpenting dalam tubuh insan sehingga setiap amalan tanpa doa seperti pokok tanpa buahnya.

Dengan demikian, jangan lelah dan bosan berdoa meski Allah Subhanahu Wa Ta'ala belum mengabulkan tiap pinta kita. Karena doa adalah tanda penghambaan, keyakinan, dan berserah diri kepada-Nya. Tugas hamba hanyalah ikhtiar dan berdoa, selebihnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang akan menggenapkannya dengan hasil terbaik versi Dia.[]

 

Kontributor:

Puspita Satyawati

(Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)