ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- "Ummatii, ummatii, ummatii! (Umatku, umatku, umatku)!"
seru beliau. Lalu berakhirlah hidup manusia nan mulia sang pemberi cahaya. Yaa
Rabb, begitu mendalam cinta Rasulullah kepada umatnya. Bahkan di akhir
hidup beliau, hanya kita yang ada dalam pikiran dan lisannya.
Begitu besar jasa beliau bagi manusia. Lihatlah, agama ini bisa tersebar hingga ke ujung dunia tersebab jerih payahnya. Hingga tiba ke rumah kita. Pikiran kita. Hati kita. Hingga kini umat Islam bisa bersenang-senang mengamalkannya.
Sayangnya, tak semua Muslim mau menjadikan beliau sebagai panutan.
Apalagi kalangan anak muda. Mereka lebih memilih artis sebagai idola. Anda
pernah mendengar hallyu? Istilah ini mengacu pada orang yang tergila-gila
pada budaya Korea. Tak lagi jadi tontonan, drakor jadi tuntunan. Oppa-oppa
(artis) Korea jadi idaman. Rela antre berdesakan, membeli tiket konser band
K-Pop dengan harga jutaan, hingga meninggalkan shalat di waktu yang telah
ditentukan.
Sebagai idol, para pesohor ini tak hanya dipuja. Tapi juga diikuti gaya
hidupnya. Apa pun yang melekat di tubuhnya jadi sorotan. Beberapa hari ini
boneka Labubu sontak tenar, gegara Lisa Blackpink menggunakannya sebagai
gantungan kunci di tas kesayangan. Harganya yang fantastis hingga jutaan rupiah
menjadi tak masalah demi bisa bergaya mengikuti sang idola. Miris, tapi inilah
realitasnya.
Uswatun Hasanah
Padahal bukankah Allah telah menurunkan Rasulullah Muhammad Shalallahu
Alaihi Wasallam sebagai uswatun hasanah (sebaik-baik
teladan)? Yang harus diikuti oleh umat Islam dari penuturan, sikap, dan
ketetapan beliau.
Dengan kasih sayang-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala turunkan Islam agar hidup sang hamba tertata. Pun sebagai solusi agar setiap masalah bisa diakhiri. Lalu Allah utus Muhammad sebagai teladan bagaimana menjalankan syariat Islam. Dari bangun tidur, bangun keluarga, bangun bisnis, hingga bangun negara, semua ada contohnya. Kurang apa?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Sungguh,
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang
banyak mengingat Allah" (QS. Al Ahzab: 21).
Selain itu, Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam adalah sumber kebaikan. Firman Allah Subhanahu Wa
Ta'ala, “Dan tidaklah kami mengutus engkau
(Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al Anbiya: 107).
Al Qadhi Iyadh memberikan penjelasan sebagai berikut, “Dikatakan
(kerahmatan Rasulullah) bagi seluruh makhluk. Bagi orang mukmin rahmat dengan
hidayah, rahmat bagi orang munafik berupa amannya mereka dari pembunuhan, dan
rahmat bagi orang kafir dengan ditundanya azab atas mereka (karena umat
terdahulu, azab bagi yang ingkar pada Rasulnya diazab langsung di dunia)”
(Al-Qadhi ‘Iyadh, Al Syifa’ bi Ta’rifi Huquq Al Musthafa, hlm. 58).
Dalam ayat lain Allah Subhanahu Wa
Ta'ala menyebut Baginda Shalallahu
Alaihi Wasallam sebagai manusia dengan pribadi agung (Lihat
QS. Al-Qalam: 4). Surah Al An’am menceritakan nabi-nabi terdahulu; Nuh,
Ibrahim, Ya`qub, Yusuf, dan lain-lain. Pendeknya, ada 18 Nabi dikemukakan di
situ. Setelah menceritakan para Nabi, Allah Subhanahu Wa
Ta'ala menegaskan, “Mereka itulah orang-orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka” (QS. Al-An’am:
90).
Para Nabi dan Rasul telah mendapat bimbingan dari Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. “Maka Ikutilah petunjuk mereka,”
firman-Nya. Jadi Rasulullah mewarisi kemuliaan dan keistimewaan Nabi-Nabi
terdahulu sehingga membentuk akumulasi keagungan yang benar-benar agung
(Al-Qadhi ‘Iyadh, Al Syifa’ bi Ta’rifi Huquq al-Musthafa, hlm. 60).
Masya Allah. Sungguh istimewa pribadi Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam. Tak ada satu pun manusia yang setara dengan
beliau. Tak hanya layak dicinta, Nabi Shalallahu
Alaihi Wasallam seharusnya dijadikan idola. Ya, beliaulah
idola dari segala idola.
Tips Cinta Nabi
Ketika lisan seorang hamba telah berhias untaian kalimat syahadat Rasul
yang mengiringi persaksian bahwa Allah-lah satu-satunya sesembahan manusia,
lalu apa bukti cinta kita kepada manusia agung itu? Selagi nafas masih terhela,
kita masih memiliki kesempatan untuk membuktikan cinta padanya. Berikut tips
cinta Rasul;
Pertama, memperbanyak shalawat.
Shalawat adalah bentuk pujian dan penghormatan kepada Nabi Shalallahu
Alaihi Wasallam. Keutamaan shalawat kepada Nabi antara lain;
mendapat syafaat beliau di hari kiamat, memperoleh pahala, doa terkabul, berada
di sisi Nabi di surga, derajatnya dinaikkan, dosa diampuni, dan aib ditutupi.
Kedua, mempelajari shirah
nabawiyah. Tak sekedar kisah sejarah,
mengkaji sirah nabawiyah akan membuat Muslim memperoleh gambaran hakikat
Islam secara paripurna, yang tercermin dalam kehidupan Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam. Dengan mempelajarinya, Muslim dapat
memahami kepribadian Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam, mendapatkan gambaran al matsal al a’la
(contoh paripurna) tentang seluruh aspek kehidupan sebagai pedoman hidup, membantu memahami kitab Allah, serta para pembina
(dai) Islam mendapat teladan cara pembinaan dan dakwah.
Ketiga, menaati Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam dengan mengamalkan perintahnya dan
meninggalkan larangannya. Banyak ayat Al-Qur’an yang menegaskan kewajiban ini.
Salah satunya firman Allah Subhanahu Wa
Ta'ala, "Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah..."
(QS. Al Hasyr: 7).
![]() |
Menanamkan cinta pada Rasulullah sejak dini. Foto: ASF/Canvapro |
Keempat, menjadikan Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam sebagai hakim dan pasrah pada keputusannya (QS.
An-Nisa: 65). Beberapa poin penting dari ayat tersebut adalah; wajibnya berhukum kepada Rasulullah dalam
perkara yang diperselisihkan, wajibnya melenyapkan keberatan dalam hati, serta
berserah diri secara total pada semua perkara.
Kelima, meneladani metode dakwah
Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Beliau menempuh tiga tahapan dakwah yaitu: pembinaan dan pengkaderan (tatsqif),
berinteraksi dengan masyarakat (tafa'ul ma'al ummah), dan penerimaan
kekuasaan Islam (istilamul hukmi). Adapun karakteristik dakwan beliau
adalah fikriyah (mengubah pola pikir masyarakat menjadi islami) laa
madiyah (tanpa kekerasan), dan siyasiyah (menegakkan institusi
politik/pemerintahan).
Keenam, mengikuti sunahnya
dalam politik dan pemerintahan. Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan
sunahku, maka sungguh ia telah mencintaiku. Dan siapa saja yang mencintaiku,
maka ia bersamaku menjadi penghuni surga” (HR. At Tirmidzi, At Thabrani). Kata
“sunah” pada hadis ini bermakna jalan hidup Rasul (manhaj kenabian). Sunah Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wasallam mencakup semua ajaran; mulai perkara ibadah hingga politik
pemerintahan. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam berwasiat bahwa sistem pemerintahan yang harus diikuti merujuk pada
sunahnya dan contoh Khulafa’ur Rasyidin.
Demikianlah cara praktis mencintai Nabi. Buktikan cinta kita dengan
mencintai syariahnya secara keseluruhan. Pun menghidupkan sunahnya agar Islam
tegak secara total dalam kehidupan. Kecintaan ini juga mengantarkan seorang
Muslim berada dalam barisan pejuang yang mengupayakan tegaknya kehidupan Islam.
[]
Kontributor:
Puspita
Satyawati
(Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)