Tuesday, September 24, 2024

Sejarah Pesawat Terbang: Dari Jet Nebeng, Wright Bersaudara, hingga Ibnu Firnas

Sejarah Pesawat Terbang

 

ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Ikatan Keluarga Nebeng (IKN). Demikian warganet menyebutnya. Diksi bernada sindiran ini mencuat di dunia maya gegara Kaesang Pangarep mengaku pergi ke Amerika Serikat bersama istrinya dengan nebeng jet pribadi temannya. Katanya saat hendak berangkat, ada teman yang memberinya tumpangan karena penerbangannya searah. Seolah semua serba kebetulan.

Warganet pun riuh karena sang teman ditengarai tak ikut dalam jet tersebut. Lalu nebengnya di mana? Setelah warganet riuh mempersoalkannya, pihak Kaesang memberi penjelasan lagi bahwa pemilik pesawat juga ikut dalam penerbangan pada Agustus lalu itu.

Terlepas dari ada atau tidaknya sang teman dalam penerbangan tersebut, pengakuan Kaesang kalau dia nebeng justru menegaskan bahwa ia mendapat fasilitas gratis. Kaesang memang bukan penyelenggara negara, tapi bapaknya adalah Presiden Indonesia dan kakaknya adalah mantan Wali Kota Solo yang menjadi wakil presiden terpilih. Apakah mungkin Kaesang ditawari tumpangan jika bukan anak atau adik pejabat?

 

Wright Bersaudara

Anda pernah bepergian naik pesawat terbang? Apakah Anda terpikir siapa penemunya? Dari kisah Kaesang nebeng jet pribadi temannya, kita akan beranjak pada sejarah pesawat terbang pertama di dunia.

Moda transportasi udara terbesar itu kini menjadi salah satu sarana yang efisien dalam mengangkut manusia dan barang jarak jauh. Dengan segala kecanggihan tersebut, pesawat ada tentu melalui proses penemuan yang panjang.

Adalah Orville Wright dan Wilbur Wright (Wright bersaudara) yang dikenal sebagai penemu pesawat terbang bermesin pertama yang dikendalikan oleh manusia. Keduanya merupakan saudara kandung asal Amerika. Wilbur Wright lahir pada tahun 1867, sedangkan Orville Wright lahir pada 1871.

Wright Bersaudara

Dikutip dari Ensiklopedia Seri Sang Penemu (2020), mereka merupakan ahli di bidang mekanika dan berkeinginan untuk 'menerbangkan' manusia. Mereka menerbangkan pesawat pertama kali pada 17 Desember 1903 hingga ketinggian 852 kaki. Setelahnya, mereka melakukan pengembangan pesawat hingga menyerupai bentuk pesawat modern seperti saat ini.

Mulanya, mereka merintis usaha dari toko sepeda. Dari sini mereka mengumpulkan dana untuk mendalami proses pembuatan pesawat terbang. Keduanya mempelajari cara kerja pesawat pada 1899, hingga bisa menerbangkan pesawat berukuran besar pada tahun 1903 di California Utara. Pada hari itu, pesawat Flyer I berhasil terbang dua kali. Pesawat tersebut kini tersimpan di Washington DC Museum sebagai salah satu tanda sejarah penerbangan dunia.

Pesawat baru (Flyer II) yang mereka buat sempat melakukan penerbangan sebanyak 105 kali tetapi tidak menarik perhatian publik. Kemudian Flyer III selesai diproduksi pada 1905. Pesawat ini merupakan hasil penggabungan dari penemuan dan pengujian yang selama ini dilakukan. Danmelakukan  beberapa percobaan terbang di sekitar kota Dayton.

Pada 17 September 1908, mereka meyakinkan masyarakat tentang temuannya itu dengan terbang di dua tujuan berbeda. Wilbur menerbangkan pesawat ke Prancis dan demonstrasi akrobatik di udara dan Orville di Amerika Serikat. Mereka pun memasarkan hasil ciptaannya hingga menandatangani kontrak pembuatan pesawat dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Lalu mengajukan hak paten atas penemuan fenomenalnya ke pengadilan.

Wilbur meninggal dunia di usia 45 tahun akibat demam tifoid pada 1912. Kemudian Orville menjual saham-sahamnya ke perusahaan-perusahaan pada 1915. Setelah itu, Orville meninggal dunia pada 1948 di Dayton, Ohio. Itulah sosok penemu pesawat terbang dan proses penemuannya. Kontribusi tersebut menjadi salah satu penemuan penting yang mengubah dunia.

Ibnu Firnas

Apakah umat Islam juga punya kontribusi di bidang ini? Adalah Abbas Ibnu Firnas (810-887) dari Andalusia (Spanyol) yang melakukan serangkaian percobaan ilmiah untuk terbang. Seribu tahun lebih awal sebelum Oliver dan Wilbur Wright membuat pesawat terbang.


Sebagaimana ilmuwan Muslim di zamannya, Ibnu Firnas adalah seorang polymath yaitu menekuni berbagai ilmu sekaligus; kimia, fisika, kedokteran, astronomi, juga sastra. Penemuannya yang paling spektakuler dan dianggap salah satu tonggak sejarah adalah alat terbang.

Ibnu Firnas membuat sejenis ornithopter, yakni alat terbang yang menggunakan prinsip kepakan sayap seperti pada burung, kelelawar atau serangga.  Dia pertama mencoba alat ini dari sebuah menara masjid di Cordoba pada tahun 852.  Dia terbang dengan dua sayap dan sempat terjatuh.  Untung dia melengkapi diri dengan baju khusus yang dapat menahan laju jatuhnya.  Baju khusus ini adalah cikal bakal parasut.

Pada tahun 875 (usia 65 tahun), dia mencoba terbang dari menara di gunung Jabal Al ‘Arus dekat Cordoba menggunakan pesawat layang yang merupakan cikal bakal gantole.  Saksi mata menyebut dia berhasil terbang, melakukan manuver, dan menempuh jarak terbang yang cukup signifikan.  Namun dia gagal mendarat dengan mulus hingga cedera parah di punggungnya.  Ibnu Firnas meninggal 12 tahun kemudian yakni pada tahun 887.

Sejarawan Phillip K. Hitti menulis dalam History of the Arabs, “Ibn Firnas was the first man in history to make a scientific attempt at flying.” Sebagai penghormatan pada Ibnu Firnas, sebuah lapangan terbang di Baghdad Utara dinamai Ibnu Firnas Airport.  Spanyol memberi nama sebuah jembatan besar di Sevilla Abbas ibnu Firnas Bridge.  Dan NASA menamai sebuah kawah di bulan dengan Ibnu Firnas Crater.

Usaha Ibnu Firnas bukanlah usaha ilmuwan Muslim yang terakhir.  Pada tahun 1630-1632, Hezarfen Ahmad Celebi di Turki berhasil menyeberangi selat Bosporus di Istanbul.  Ahmad melompat dari menara Galata setinggi 55 meter dan berhasil terbang dengan pesawat layangnya sejauh kira-kira tiga kilometer serta mendarat dengan selamat.

Usaha meraih teknologi aeronautika ini sejalan dengan tantangan Allah Ta'ala“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (QS. Ar Rahman: 33).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman, ”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya” (QS. Al Anfaal: 60).

Teknologi penerbangan beserta seluruh turunannya seperti teknologi roket ke ruang angkasa, wajib dikembangkan sebagai faktor penentu dalam jihad fi sabilillah. Dengan motivasi ideologis yang kuat, teknologi aeronautika dapat dikuasai kembali oleh kaum Muslimin.  Motif ideologis harus menjadi motif utama, selanjutnya motif ekonomis dan sains.  Tanpa motif ideologis, teknologi pesawat terbang akan dengan mudah digadaikan ke asing demi membayar utang luar negeri misalnya. 

Saat ini karena ketiadaan negara Islam yang ideologis, ribuan ahli aeronautika Muslim terpaksa berkarir di negara-negara kafir penjajah. Dan secara tak langsung ikut menciptakan mesin-mesin terbang yang membunuhi anak-anak kaum Muslimin di Palestina, Irak, atau Afghanistan. []

 

Kontributor: Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)

Wakaf Jariyah untuk Pesantren Nusantara klik https://linktr.ee/id.berbagikebaikan