ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Ikatan Keluarga Nebeng (IKN). Demikian warganet menyebutnya. Diksi bernada sindiran ini mencuat di dunia maya gegara Kaesang Pangarep mengaku pergi ke Amerika Serikat bersama istrinya dengan nebeng jet pribadi temannya. Katanya saat hendak berangkat, ada teman yang memberinya tumpangan karena penerbangannya searah. Seolah semua serba kebetulan.
Warganet pun riuh karena sang teman ditengarai tak ikut dalam
jet tersebut. Lalu nebengnya di mana? Setelah warganet riuh
mempersoalkannya, pihak Kaesang memberi penjelasan lagi bahwa pemilik pesawat
juga ikut dalam penerbangan pada Agustus lalu itu.
Terlepas dari ada atau tidaknya sang teman dalam penerbangan
tersebut, pengakuan Kaesang kalau dia nebeng justru menegaskan bahwa ia
mendapat fasilitas gratis. Kaesang memang bukan penyelenggara negara, tapi
bapaknya adalah Presiden Indonesia dan kakaknya adalah mantan Wali Kota Solo
yang menjadi wakil presiden terpilih. Apakah mungkin Kaesang ditawari tumpangan
jika bukan anak atau adik pejabat?
Wright Bersaudara
Anda pernah bepergian naik pesawat terbang? Apakah Anda
terpikir siapa penemunya? Dari kisah Kaesang nebeng jet pribadi
temannya, kita akan beranjak pada sejarah pesawat terbang pertama di dunia.
Moda transportasi udara terbesar itu kini menjadi salah satu
sarana yang efisien dalam mengangkut manusia dan barang jarak jauh. Dengan
segala kecanggihan tersebut, pesawat ada tentu melalui proses penemuan yang
panjang.
Adalah
Orville Wright dan Wilbur Wright (Wright bersaudara) yang dikenal sebagai
penemu pesawat terbang bermesin pertama yang dikendalikan oleh manusia. Keduanya
merupakan saudara kandung asal Amerika. Wilbur Wright lahir pada tahun 1867, sedangkan
Orville Wright lahir pada 1871.
Dikutip
dari Ensiklopedia Seri Sang Penemu (2020), mereka merupakan ahli di bidang
mekanika dan berkeinginan untuk 'menerbangkan' manusia. Mereka menerbangkan pesawat
pertama kali pada 17 Desember 1903 hingga ketinggian 852 kaki. Setelahnya, mereka
melakukan pengembangan pesawat hingga menyerupai bentuk pesawat modern seperti
saat ini.
Mulanya,
mereka merintis usaha dari toko sepeda. Dari sini mereka mengumpulkan dana
untuk mendalami proses pembuatan pesawat terbang. Keduanya mempelajari cara
kerja pesawat pada 1899, hingga bisa menerbangkan pesawat berukuran besar pada
tahun 1903 di California Utara. Pada hari itu, pesawat Flyer I berhasil terbang
dua kali. Pesawat tersebut kini tersimpan di Washington DC Museum sebagai salah
satu tanda sejarah penerbangan dunia.
Pesawat
baru (Flyer II) yang mereka buat sempat melakukan penerbangan sebanyak 105 kali
tetapi tidak menarik perhatian publik. Kemudian Flyer III selesai diproduksi
pada 1905. Pesawat ini merupakan hasil penggabungan dari penemuan dan pengujian
yang selama ini dilakukan. Danmelakukan beberapa percobaan terbang di sekitar kota
Dayton.
Pada
17 September 1908, mereka meyakinkan masyarakat tentang temuannya itu dengan
terbang di dua tujuan berbeda. Wilbur menerbangkan pesawat ke Prancis dan demonstrasi
akrobatik di udara dan Orville di Amerika Serikat. Mereka pun memasarkan hasil
ciptaannya hingga menandatangani kontrak pembuatan pesawat dengan Departemen
Pertahanan Amerika Serikat. Lalu mengajukan hak paten atas penemuan fenomenalnya
ke pengadilan.
Wilbur
meninggal dunia di usia 45 tahun akibat demam tifoid pada 1912. Kemudian Orville
menjual saham-sahamnya ke perusahaan-perusahaan pada 1915. Setelah itu, Orville
meninggal dunia pada 1948 di Dayton, Ohio. Itulah sosok penemu pesawat terbang
dan proses penemuannya. Kontribusi tersebut menjadi salah satu penemuan penting
yang mengubah dunia.
Ibnu Firnas
Apakah umat
Islam juga punya kontribusi di bidang ini? Adalah Abbas Ibnu Firnas (810-887)
dari Andalusia (Spanyol) yang melakukan serangkaian percobaan ilmiah untuk terbang.
Seribu tahun lebih awal sebelum Oliver dan Wilbur Wright membuat pesawat
terbang.
Sebagaimana
ilmuwan Muslim di zamannya, Ibnu Firnas adalah seorang polymath yaitu
menekuni berbagai ilmu sekaligus; kimia, fisika, kedokteran, astronomi, juga sastra. Penemuannya
yang paling spektakuler dan dianggap salah satu tonggak sejarah adalah alat
terbang.
Ibnu Firnas
membuat sejenis ornithopter, yakni alat terbang yang menggunakan prinsip
kepakan sayap seperti pada burung, kelelawar atau serangga. Dia pertama
mencoba alat ini dari sebuah menara masjid di Cordoba pada tahun 852. Dia
terbang dengan dua sayap dan sempat terjatuh. Untung dia melengkapi diri
dengan baju khusus yang dapat menahan laju jatuhnya. Baju khusus ini
adalah cikal bakal parasut.
Pada tahun 875
(usia 65 tahun), dia mencoba terbang dari menara di gunung Jabal Al ‘Arus dekat
Cordoba menggunakan pesawat layang yang merupakan cikal bakal gantole. Saksi
mata menyebut dia berhasil terbang, melakukan manuver, dan menempuh jarak
terbang yang cukup signifikan. Namun dia gagal mendarat dengan mulus
hingga cedera parah di punggungnya. Ibnu Firnas meninggal 12 tahun
kemudian yakni pada tahun 887.
Sejarawan
Phillip K. Hitti menulis dalam History of the Arabs, “Ibn Firnas was
the first man in history to make a scientific attempt at flying.” Sebagai
penghormatan pada Ibnu Firnas, sebuah lapangan terbang di Baghdad Utara
dinamai Ibnu Firnas Airport. Spanyol memberi nama sebuah
jembatan besar di Sevilla Abbas ibnu Firnas Bridge. Dan
NASA menamai sebuah kawah di bulan dengan Ibnu Firnas Crater.
Usaha Ibnu
Firnas bukanlah usaha ilmuwan Muslim yang terakhir. Pada tahun 1630-1632,
Hezarfen Ahmad Celebi di Turki berhasil menyeberangi selat Bosporus di
Istanbul. Ahmad melompat dari menara Galata setinggi 55 meter dan
berhasil terbang dengan pesawat layangnya sejauh kira-kira tiga kilometer serta
mendarat dengan selamat.
Usaha meraih
teknologi aeronautika ini sejalan dengan tantangan Allah Ta'ala, “Hai
jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit dan bumi,
maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (QS.
Ar Rahman: 33).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman, ”Dan siapkanlah
untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan
dianiaya” (QS. Al Anfaal: 60).
Teknologi
penerbangan beserta seluruh turunannya seperti teknologi roket ke ruang angkasa,
wajib dikembangkan sebagai faktor penentu dalam jihad fi sabilillah. Dengan
motivasi ideologis yang kuat, teknologi aeronautika dapat dikuasai kembali oleh
kaum Muslimin. Motif ideologis harus menjadi motif utama, selanjutnya motif
ekonomis dan sains. Tanpa motif ideologis, teknologi pesawat terbang akan
dengan mudah digadaikan ke asing demi membayar utang luar negeri
misalnya.
Saat ini karena
ketiadaan negara Islam yang ideologis, ribuan ahli aeronautika Muslim terpaksa
berkarir di negara-negara kafir penjajah. Dan secara tak langsung ikut
menciptakan mesin-mesin terbang yang membunuhi anak-anak kaum Muslimin di
Palestina, Irak, atau Afghanistan. []
Kontributor: Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)
Wakaf Jariyah untuk Pesantren Nusantara klik https://linktr.ee/id.berbagikebaikan