Sunday, September 29, 2024

Kristen Muhammadiyah, Kok, Sekadar Simpatisan? Jadikan Ladang Dakwah Islam

Heboh KrisMuha

 

ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Kristen Muhammadiyah (KrisMuha) dan ormas tambang. Dua hal ini telah membelit Ormas Islam terbesar kedua di Indonesia itu dalam pusaran polemik publik. Bahkan hingga hari ini, perbincangan tentang KrisMuha masih acapkali terdengar. Diksi Kristen Muhammadiyah pertama kali disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti dalam bedah buku berjudul Kristen Muhammadiyah: Mengelola Pluralitas Agama dalam Pendidikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerjasama dengan Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah, Senin, (22/5/2023) di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta.

Paduan kata “Kristen Muhammadiyah” inilah yang memicu pro kontra. Terkesan mencampuradukkan antara Kristen sebagai sebuah agama dengan Muhammadiyah sebagai ormas yang mengusung nilai agama Islam. Tak pelak warganet pun riuh menyorotnya. 

Seorang warganet mempertanyakan, "Muhammadiyah kan artinya 'Pengikut Nabi Muhammad,' kalau Kristen Muhammadiyah berarti gimana artinya? Serius nanya!" Warganet  lainnya pun curhat, "Saya sangat tidak setuju, sebab Muhammadiyah adalah satu nama besar  wadah dakwah Islam, ada dalam akidah Islam. Kalau digabungkan, bagaimana mungkin? Pemeluk Islam saja bukan, bagaimana kita bisa merangkulnya? Alamat dan tujuannya saja sudah keliru, kok mau jalan barengan."

Meski Abdul Mu'ti menolak varian KrisMuh sebagai wujud sinkretisme, tapi bola liar telanjur bergulir. Jangan salahkan publik bila muncul banyak komentar negatif, karena diksi KrisMuh itu sendirilah yang memancing gagal paham hingga bikin masyarakat gaduh.


Mengarah Sinkretisme

Dalam website-nya, muhammadiyah.or.id (setahun yang lalu) menyebut KrisMuha sebagai varian baru yang terlahir dari kiprah Muhammadiyah yang semakin kosmopolis. Istilah itu merujuk pada orang Kristen yang menjadi simpatisan Muhammadiyah.

Varian KrisMuha muncul dari interaksi intens antara siswa-siswa Muslim dan Kristen di sekolah Muhammadiyah di daerah-daerah yang mayoritas beragama Kristen. Namun menurut mereka, interaksi tersebut tidak menghilangkan identitas sebagai penganut Kristen taat.

Secara fakta, kita bisa melihat bahwa interaksi sosial antarpenganut agama yang berbeda selama ini tidak ada masalah. Mereka hidup rukun tanpa mengganggu keyakinan agama masing-masing. Di daerah-daerah terpencil yang minim fasilitas pendidikan yang disediakan negara (sekolah negeri) menjadi hal biasa ketika anak-anak dari kalangan non-Muslim bersekolah di lembaga pendidikan yang dikelola kalangan muslim (Sekolah Muhammadiyah).

Dari sini ada beberapa hal yang bisa kita kritisi. Pertama, saat berbaurnya non-Muslim dengan kalangan Muhammadiyah disebut sebagai varian baru KrisMuha, tentu sangat disayangkan sebab arti varian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bentuk yang berbeda atau menyimpang dari yang asli (baku). Maka varian KrisMuha bisa bermakna sebagai bentuk baru atau menyimpang dari Muhammadiyah. Padahal masyarakat mengenalnya sebagai organisasi Islam yang bertujuan menegakkan agama Islam.

Kedua, munculnya KrisMuha sebagai varian baru Muhammadiyah ditengarai sebagai dampak dari pengarusan ide toleransi beragama dalam proyek moderasi beragama. Sangat disayangkan bila varian KrisMuha justru menyimpangkan makna toleransi dalam Islam serta mencampuradukkan antara haq dan batil.  Sebab hal ini dilarang dalam Islam.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, “Janganlah kalian mencampuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya” (QS. Al Baqarah: 42).

Ketiga, varian baru KrisMuha akan membingungkan umat Islam karena Kristen adalah agama yang bertentangan dengan tauhid yang dianut Muhammadiyah. Jika anak-anak dari kalangan Kristen bersekolah di sekolah Muhammadiyah maka tidak boleh kemudian melahirkan varian KrisMuha. Cukup itu sebagai bentuk amal shalih Muhammadiyah yang bisa dirasakan masyarakat.

Keempat, bentuk varian ini justru bisa mengarah kepada sinkretisme yaitu proses pencampuradukkan berbagai unsur aliran atau paham, sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang membingungkan umat.  Sinkretisme ini mengandung talbisul haq bil batil. Dan ini adalah gambaran salah terhadap toleransi yang terus digaungkan berdalih demi kerukunan umat beragama.

Demikian kesan yang tertangkap dari keberadaan varian KrisMuha. Bila mengarah pada sinkretisme dan mendukung pada pengarusan toleransi ala moderasi beragama, tentu tak layak digulirkan oleh pengurus sebuah ormas Islam terbesar di negeri Muslim ini.

Lahan Dakwah

Merespons ramainya perbincangan tentang Kristen Muhammadiyah, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menegaskan bahwa KrisMuha merupakan varian sosiologis, bukan teologis. Istilah ini merujuk pada kedekatan antara warga Kristen dengan gerakan Muhammadiyah, bukan penggabungan akidah Muhammadiyah dengan Kristen.

Meskipun KrisMuha disebut soal sosiologis, bukan teologis, namun realitasnya ini terkait teologis. Karena masing-masing membawa 'lambang' agama masing-masing. Banyak warganet mempertanyakan apakah kemunculan KrisMuha karena terpengaruh ide 'saudara tua' sebelumnya yaitu NU Cabang Kristen?  

Istilah NU Cabang Kristen dimaksudkan untuk membuka kenyataan bahwa orang-orang Kristen (dan agama lainnya) merasa nyaman dengan NU, baik dari organisasi maupun perorangan. Mereka menjadi dekat dengan tokoh dan warga NU. Kaum non-Muslim mencintai NU atau di lingkungan santri dikenal sebagai muhibbin (pecinta) NU. Beberapa 'praktik pengayoman' oleh NU dapat disaksikan ketika anggota Banser ikut menjaga gereja saat umat Kristen merayakan Natal dan hari besar lainnya.

Bila KrisMuha dimaksudkan seperti NU Cabang Kristen, jelas ini melabrak rambu teologis. Padahal Islam sudah mengatur dengan jelas tentang batas-batas toleransi terhadap orang kafir. Di satu sisi, toleransi tidak boleh mengurangi keyakinan bahwa Islam satu-satunya agama yang benar serta dilakukan dengan membiarkan mereka memeluk agama dan melaksanakan ibadah mereka, tidak menghina Tuhan mereka, serta tidak merusak tempat ibadah mereka.

Namun di sisi lain, toleransi tidak boleh mengurangi semangat dakwah mengajak mereka masuk Islam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali 'Imran: 104).

Kewajiban mendakwahkan Islam

Tapi Allah Ta'ala tidak memperbolehkan dakwah dengan memaksa non-Muslim agar masuk Islam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat" (QS. Al Baqarah: 256).

Dengan demikian, orang Kristen yang selama ini berinteraksi dengan Muslim di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang disebut sebagai 'simpatisan,' bisa menjadi lahan dakwah bagi Muhammadiyah. Apalagi mereka telah merasakan kebaikan dari pelayanan pendidikan di sekolah tersebut. Butuh beberapa langkah lagi untuk mengenalkan mereka pada keindahan ajaran agama Islam yang lebih luas. Upaya ini akan menambah pahala jariyah bagi amal usaha persyarikatan ini. Insya Allah. Aamiin. []

 

Kontributor:

Puspita Satyawati

(Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)


Berikan Wakaf Jariyah dan Pilih Program Unggulan Favoritmu di https://linktr.ee/id.berbagikebaikan