ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- "Al-Qur’an akan benar-benar menjadi hudan (petunjuk)
jika di tangan mereka yang memiliki ilmu yaitu para alim ulama. Dan mereka ini
dicetak di pondok pesantren (ponpes). Maka inilah korelasi Indonesia Berbagi
Kebaikan (IBK) men-support wakaf pembangunan ponpes. Karena dari ponpeslah
lahir para ulama yang akan mampu menjadikan Al-Qur’an sebagai hudan (petunjuk)
untuk membimbing umat..."
Penggalan kalimat yang terlisan dari K.H. Sulaiman Effendi ini selalu terngiang di benak Tim IBK pasca berkunjung ke kediaman beliau di lingkungan Ponpes Manahijussadat, Lebak, Banten. Kunjungan tersebut untuk menggali banyak hal terkait rencana pembangunan Ponpes Manahijussadat 3 di Salimpaung, Tanah Datar, Sumatera Barat.
Terinspirasi Gontor
Dalam kisah yang dituturkan pada
siang hari itu, Kyai Sulaiman, sapaan akrabnya, mengawalinya saat beliau menempuh pendidikan di Gontor. Trimurti pendiri Ponpes
Darussalam Gontor sangat menginspirasi beliau. Mereka adalah tiga bersaudara
yaitu K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainudin Fannanie, dan K.H. Imam Zarkasyi.
Setelah selesai menuntut ilmu di Gontor, ulama kelahiran
Asahan, Sumatera Utara, 60 tahun lalu ini mengabdi di Pondok Pesantren Darul
Qolam Gintung hingga beberapa tahun kemudian diamanahi wakaf yang mewujud menjadi
rintisan Ponpes Manahijussadat di Rangkasbitung, Lebak, Banten.
"Meski berasal dari Asahan, tapi saya berdarah Minang. Sama seperti Ustaz Abdul Somad yang terkenal itu. Kaitan darah inilah yang menggerakkan saya untuk turut berkontribusi bagi tanah Minang," ujarnya.
![]() |
Ponpes Manahijussadat 3 masih dalam proses pembangunana. |
Bersua Ninik Mamak
Gayung pun bersambut. Atas izin Allah Subhanahu
Wa Ta'ala, beliau dipertemukan dengan para tokoh, para
ninik mamak (pemimpin adat informal di Minang) dari Salimpaung, Tanah Datar,
Sumatera Barat yang berniat mewakafkan lahan untuk dibangun lembaga pendidikan Islam
pencetak kader-kader ulama kelas internasional dari Tanah Minang sebagaimana
para pendahulu.
"Menurut para ninik mamak itu, dahulu para ulama
Minang adalah gurunya para ulama se-Nusantara bahkan dunia. Para pendiri NU,
Muhammadiyah, dan jam'iyyah-jam'iyyah besar lainnya berguru pada para ulama
Minang. Sebut saja Syeikh Yasin bin Isa Al Fadani yang dikenal sebagai Musnid
Ad dunya oleh kalangan Islam internasional. Pun Syeikh Ahmad Khatib Al
Minangkabawi, gurunya dua pendiri NU dan Muhammadiyah," jelasnya.
Kyai Sulaiman melihat, mereka rindu Tanah Minang kembali menjadi kiblat
intelektual Muslim Nusantara. Karena itulah mereka berharap, di lahan wakaf
tersebut kelak berdiri lembaga pendidikan Islam yang mampu mencetak ulama
bertaraf internasional yang mengharumkan Nusantara dan dunia Islam dengan
keilmuan serta keshalihannya.
![]() |
Suasana para santri dalam aktivitas belajar. |
Meskipun di awal para pewakaf lahan tersebut menyimpan
keraguan, model pendidikan Islam seperti apa yang mesti dijalankan hingga Allah
mempertemukan mereka dengan Kyai Sulaiman.
"Saya hanya tahu Gontor karena saya dididik di sana. Dan jika dipercaya,
di tanah ini pun akan saya bawa Gontor. Tidak kurang tidak lebih,"
tutur Pak Kyai. Beliau melanjutkan bahwa blueprint
Gontor disusun di tanah Minang ketika salah satu pendirinya yakni K.H. Imam
Zarkasyi menempuh pendidikan di Kweekschool, Padang Panjang, Sumatera
Barat.
Studi Banding
Sehingga menurut Kyai Sulaiman, Gontor dan Minang
memiliki ikatan historis yang kuat. Dari penjelasan beliau, para ninik mamak pewakaf
lahan tersebut semakin tertarik dengan konsep pendidikan Islam yang digagas Pak
Kyai. Lalu rombongan pewakaf itu berangkat menuju Lebak Banten untuk studi
banding ke Ponpes Manahijussadat 1 dan 2 yang ada di Rangkasbitung, Lebak
Banten.
Dari hasil studi banding sekitar satu bulan di Banten, para
ninik mamak membulatkan tekad dan kian mantap untuk mempercayakan ponpes yang
akan dibangun di Salimpaung kepada K.H. Sulaiman Effendi dengan nama Ponpes
Manahijussadat 3.
"Ponpes ini rencana akan dibangun dengan sistem
pendidikan ala Gontor yang dipadukan dengan kearifan model pendidikan
setempat," terang beliau.
Program Pesantren Nusantara
Dari sinilah, Tim IBK melihat Ponpes Manahijussadat 3 masih
membutuhkan uluran tangan demi memenuhi kriteria sebuah pesantren. IBK mengajak
para wakif agar bersama-sama menyisihkan rezekinya untuk menyukseskan Program
Pesantren Nusantara, demi membangun fasilitas pengembangan Ponpes
Manahijussadat 3.
![]() |
Rancangan Ponpes Manahijussadat 3 Salimpaung Tanah Datar Sumbar |
Semoga Allah Subhanahu Wa
Ta'ala meridhai
serta memudahkan rencana ini. Dan bagi para wakif yang telah ikhlas
berpartisipasi, mudah-mudahan Allah Subhanahu
Wa Ta'ala membalas
dengan limpahan kebaikan yang lebih banyak dan lebih baik lagi. Aamiin.
Nilai Wakaf yang Dibutuhkan:
Rp.2.580.000.000 (Dua milyar lima ratus delapan puluh
juta rupiah)
Partner Lapang:
K.H. Sulaiman Effendi
Kirimkan Wakaf Terbaik ke link https://linktr.ee/id.berbagikebaikan
Kontributor: Puspita Satyawati
(Pemimpin
Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)