Wednesday, September 4, 2024

Ringankan Amanah K.H. Sulaiman Effendi Melahirkan Ulama Minang Berkelas Internasional

 

Wakaf untuk Pesantren Nusantara

ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- "Al-Qur’an akan benar-benar menjadi hudan (petunjuk) jika di tangan mereka yang memiliki ilmu yaitu para alim ulama. Dan mereka ini dicetak di pondok pesantren (ponpes). Maka inilah korelasi Indonesia Berbagi Kebaikan (IBK) men-support wakaf pembangunan ponpes. Karena dari ponpeslah lahir para ulama yang akan mampu menjadikan Al-Qur’an sebagai hudan (petunjuk) untuk membimbing umat..."

 

Penggalan kalimat yang terlisan dari K.H. Sulaiman Effendi ini selalu terngiang di benak Tim IBK pasca berkunjung ke kediaman beliau di lingkungan Ponpes Manahijussadat, Lebak, Banten. Kunjungan tersebut untuk menggali banyak hal terkait rencana pembangunan Ponpes Manahijussadat 3 di Salimpaung, Tanah Datar, Sumatera Barat.


Terinspirasi Gontor

Dalam kisah yang dituturkan pada siang hari itu, Kyai Sulaiman, sapaan akrabnya, mengawalinya saat beliau menempuh pendidikan di Gontor. Trimurti pendiri Ponpes Darussalam Gontor sangat menginspirasi beliau. Mereka adalah tiga bersaudara yaitu K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainudin Fannanie, dan K.H. Imam Zarkasyi.

 

Setelah selesai menuntut ilmu di Gontor, ulama kelahiran Asahan, Sumatera Utara, 60 tahun lalu ini mengabdi di Pondok Pesantren Darul Qolam Gintung hingga beberapa tahun kemudian diamanahi wakaf yang mewujud menjadi rintisan Ponpes Manahijussadat di Rangkasbitung, Lebak, Banten.

 

"Meski berasal dari Asahan, tapi saya berdarah Minang. Sama seperti Ustaz Abdul Somad yang terkenal itu. Kaitan darah inilah yang menggerakkan saya untuk turut berkontribusi bagi tanah Minang," ujarnya.

Wakaf untuk Ponpes Manahijussadat 3
Ponpes Manahijussadat 3 masih dalam proses pembangunana.


Bersua Ninik Mamak

 

Gayung pun bersambut. Atas izin Allah Subhanahu Wa Ta'ala, beliau dipertemukan dengan para tokoh, para ninik mamak (pemimpin adat informal di Minang) dari Salimpaung, Tanah Datar, Sumatera Barat yang berniat mewakafkan lahan untuk dibangun lembaga pendidikan Islam pencetak kader-kader ulama kelas internasional dari Tanah Minang sebagaimana para pendahulu.

 

"Menurut para ninik mamak itu, dahulu para ulama Minang adalah gurunya para ulama se-Nusantara bahkan dunia. Para pendiri NU, Muhammadiyah, dan jam'iyyah-jam'iyyah besar lainnya berguru pada para ulama Minang. Sebut saja Syeikh Yasin bin Isa Al Fadani yang dikenal sebagai Musnid Ad dunya oleh kalangan Islam internasional. Pun Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, gurunya dua pendiri NU dan Muhammadiyah," jelasnya.

 

Kyai Sulaiman melihat, mereka rindu Tanah Minang kembali menjadi kiblat intelektual Muslim Nusantara. Karena itulah mereka berharap, di lahan wakaf tersebut kelak berdiri lembaga pendidikan Islam yang mampu mencetak ulama bertaraf internasional yang mengharumkan Nusantara dan dunia Islam dengan keilmuan serta keshalihannya.

Suasana para santri dalam aktivitas belajar.

 

Meskipun di awal para pewakaf lahan tersebut menyimpan keraguan, model pendidikan Islam seperti apa yang mesti dijalankan hingga Allah mempertemukan mereka dengan Kyai Sulaiman. "Saya hanya tahu Gontor karena saya dididik di sana. Dan jika dipercaya, di tanah ini pun akan saya bawa Gontor. Tidak kurang tidak lebih," tutur Pak Kyai. Beliau melanjutkan bahwa blueprint Gontor disusun di tanah Minang ketika salah satu pendirinya yakni K.H. Imam Zarkasyi menempuh pendidikan di Kweekschool, Padang Panjang, Sumatera Barat.

 

 

Studi Banding

 

Sehingga menurut Kyai Sulaiman, Gontor dan Minang memiliki ikatan historis yang kuat. Dari penjelasan beliau, para ninik mamak pewakaf lahan tersebut semakin tertarik dengan konsep pendidikan Islam yang digagas Pak Kyai. Lalu rombongan pewakaf itu berangkat menuju Lebak Banten untuk studi banding ke Ponpes Manahijussadat 1 dan 2 yang ada di Rangkasbitung, Lebak Banten.

 

Dari hasil studi banding sekitar satu bulan di Banten, para ninik mamak membulatkan tekad dan kian mantap untuk mempercayakan ponpes yang akan dibangun di Salimpaung kepada K.H. Sulaiman Effendi dengan nama Ponpes Manahijussadat 3.

 

"Ponpes ini rencana akan dibangun dengan sistem pendidikan ala Gontor yang dipadukan dengan kearifan model pendidikan setempat," terang beliau.

 

 

Program Pesantren Nusantara

 

Dari sinilah, Tim IBK melihat Ponpes Manahijussadat 3 masih membutuhkan uluran tangan demi memenuhi kriteria sebuah pesantren. IBK mengajak para wakif agar bersama-sama menyisihkan rezekinya untuk menyukseskan Program Pesantren Nusantara, demi membangun fasilitas pengembangan Ponpes Manahijussadat 3.

Rancangan Ponpes Manahijussadat 3 Salimpaung Tanah Datar Sumbar


Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala meridhai serta memudahkan rencana ini. Dan bagi para wakif yang telah ikhlas berpartisipasi, mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala membalas dengan limpahan kebaikan yang lebih banyak dan lebih baik lagi. Aamiin.

 

 

Nilai Wakaf yang Dibutuhkan:

 

Rp.2.580.000.000 (Dua milyar lima ratus delapan puluh juta rupiah)

 

 

Partner Lapang:

 

K.H. Sulaiman Effendi

 

 Kirimkan Wakaf Terbaik ke link https://linktr.ee/id.berbagikebaikan

 

Kontributor: Puspita Satyawati

(Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)