ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Dipukuli.
Diselingkuhi. Suami suka nonton video bokep. Hingga punya utang
miliaran. Siapa istri yang tahan? Maka saat Selebgram CIN membagikan video
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sang suami (AT), gegerlah warganet hingga
polisi menciduknya dengan ancaman penjara 10 tahun. Kini CIN trauma, anaknya
pun takut bersua dengan pria (okezone.com, 15/8/2024).
Suami
zalim pada anak istri tak hanya dalam kisah selebgram ini. AM dan anaknya
ditinggal suami begitu saja. Ia minta bantuan kerabat hingga warganet untuk
mencari. Setelah menghilang setahun, ternyata si suami menjalin hubungan asmara
dengan wanita lain. AM pun bersiap minta cerai (inews.id, 16/8/2024).
![]() |
Ilustrasi KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), Foto: Indonesia Berbagi Kebaikan/Canvapro |
Urusan
nafkah pun seringkali bermasalah. FH, seorang istri curhat di TikTok karena
diberi nafkah 10 ribu perhari oleh suami. Selebihnya, kebutuhan hidup lain-lain
ditanggung orang tua FH. Ada juga netizen yang mengaku diberi uang 300 ribu
perbulan dan bila butuh uang lagi mesti mengemis pada sang suami (akurasi.id,
26/6/2024).
Sungguh miris. Ironis! Bagaimana tidak? Pria yang Allah angkat satu derajat sebagai qawwam (pemimpin) keluarga, justru berlaku zalim terhadap orang yang dipimpinnya. Tak melindungi, malah mencaci-maki. Tak menjaga, justru menganiaya. Alih-alih memberi kasih sayang, malah memukul hingga menendang. Lantas, di mana qawwamah (kepemimpinan)nya?
Qawwamah
Kunci Sakinah
Siapa
yang mendamba keluarga bahagia? Tentu jawabnya, "Saya!” Namun perlu
dipahami bahwa kesakinahan keluarga berawal dari berjalannya peran suami
sebagai qawwam secara baik.
Dalam
Islam, suami bak nahkoda. Memiliki tanggung jawab besar yang berpengaruh pada
berlayarnya biduk keluarga mengarungi samudera kehidupan. Ia berperan dalam
menciptakan keluarga asmara (as sakinah mawaddah wa rahmah).
Ketika
fungsi qawwam terabaikan, keretakan muncul bahkan berujung pada perceraian.
Maka suami istri mesti memahami peran strategis qawwam dan aplikasinya
dalam rumah tangga.
Qawwamah suami
atas istri adalah ketetapan Allah Subhanahu Wa
Ta'ala, berdasar pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bukan sebab kapasitas atau kemampuan suami.
Bila istri memiliki kemampuan finansial dan kapasitas kepemimpinan lebih baik
bukan berarti qawwamah bisa beralih ke istri. Atau menjadi tanggung
jawab bersama sebagaimana propaganda feminis yang mengusung konsep keluarga maslahah
dengan mengedepankan kesalingan (mubadalah).
Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ
“Laki-laki
(suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri).” (QS. An Nisa: 34).
Dalam
bahasa Arab, makna kepemimpinan laki-laki atas perempuan adalah al infaq
‘alaiha wa al qiyam bi ma tahtajuhu, yaitu menafkahi istri dan memenuhi apa
yang ia butuhkan. Makna literal ini digunakan pula pada makna syar’i dari
kata al qawwamah. Sehingga makna kepemimpinan laki-laki atas perempuan
adalah kepemimpinan yang menegakkan urusan-urusan wanita.
Kepemimpinan
dalam ayat di atas merupakan kepemimpinan yang mengatur dan melayani, bukan instruksional
dan penguasaan. Apalagi diktator. Dalam Islam, kepemimpinan suami terhadap
istri berbalut nuansa persahabatan.
Dan
sebaik-baik manusia adalah Nabi Shalallahu
Alaihi Wasallam. Beliau berinteraksi dan memperlakukan
istrinya dengan penuh persahabatan. Beliau tidak memperlakukan mereka layaknya
bawahan, orang yang berada dalam kekuasaan, atau menjadi tawanan. Dalam
riwayat-riwayat sahih dituturkan bahwa istri-istri beliau pernah memprotes dan
mendebat beliau.
Selain
itu, suami juga wajib memenuhi hak-hak istri berupa mahar dan nafkah. Pun
hendaknya berlaku ahsan (baik) yaitu lemah lembut dalam tutur kata,
tidak berlaku keras dan kasar, serta tidak menampakkan kecenderungannya pada
istri lainnya (jika beristri lebih dari satu).
Sebagaimana
wasiat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam
kepada para suami, “Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik
kepada istri-istri mereka” (HR. At-Tirmidzi).
Dengan
demikian, qawwam adalah kepemimpinan, pengurusan, pendidikan, dan
pemberian nafkah seorang suami sebagai kepala keluarga kepada anggotanya terutama
istri. Sungguh tugas teramat mulia dan strategis yang Allah berikan kepada
suami (laki-laki). Seyogyanya amanah ini ditunaikan secara total dan maksimal.
Adapun
istri, berkewajiban taat terhadap qawwamah suami selama tidak mengajak
pada maksiat. Selanjutnya, suami dan istri senantiasa meng-upgrade diri
agar mampu melayarkan kapal rumah tangga hingga tercapai sakinah mawaddah wa
rahmah.
![]() |
Rumah tangga sakinah, mawaddah, dan rahmah perlu diusahakan. Foto: Indonesia Berbagi Kebaikan/Canvapro |
Ajari
Anak Lelaki Jadi Qawwam
Di
tengah krisis qawwamah laki-laki (suami) saat ini, orang tua mesti
bersungguh-sungguh mendidik anak lelaki agar kelak menjadi qawwam
sejati. Ini tentu bukan proses instan. Tapi butuh fase pembinaan panjang.
Idealnya disiapkan sejak dini lewat pendidikan di keluarga dan sekolah.
Setidaknya
ada beberapa nilai yang mesti ditumbuhkan demi membentuk jiwa qawwam
pada diri anak lelaki. Pertama, nilai tanggung jawab. Anak bisa dilatih
untuk mengingat dan melakukan; tugas sebagai anggota keluarga di rumah serta kegiatan
belajar di sekolah. Lalu tugasnya dicek, sudah dilakukan atau belum. Jika
belum, maka diarahkan untuk menyelesaikan sebagai bentuk tanggung jawab.
Kedua,
nilai penafkahan. Anak diajak berbincang tentang uang. Misalnya, orang tua menyampaikan
kepada anak tentang harga barang yang dibeli. Hal ini tidak bermaksud agar anak
"matre', tapi membuatnya memahami bahwa segala sesuatu mesti dicapai
dengan berpayah-payah. Pun mengajarkan arti kerja keras sebagai penanggung
nafkah kelak.
Ketiga,
nilai kepemimpinan dan disiplin. Jika memiliki adik, maka dia dilatih agar memimpin
dan melindungi adik-adiknya. Bila tidak punya adik, ia dapat dilatih memimpin diri sendiri lewat
kedisiplinan. Terbiasa menulis agenda harian dan menjalankannya. Ini modal
untuk memimpin keluarga kelak.
Keempat, menempa
anak sebagai hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala
dengan terbiasa menjalankan ketaatan pada-Nya. Inilah nilai utama yang
hendaknya diajarkan. Agar kelak ia menjadi pendidik sekaligus teladan bagi
keluarganya. Pun melakukan segala aktivitas dalam kerangka ibadah. Semoga Allah
Subhanahu Wa Ta'ala memampukan kita dalam
mendidik anak laki-laki menjadi calon qawwam sejati yang diridhai-Nya. Aamiin...
[]
Kontributor:
Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)
Kirimkan Wakaf untuk Membantu sesama ke https://linktr.ee/id.berbagikebaikan