Sunday, August 18, 2024

WAHAI LELAKI, PAHAMI PERANMU

 


ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Dipukuli. Diselingkuhi. Suami suka nonton video bokep. Hingga punya utang miliaran. Siapa istri yang tahan? Maka saat Selebgram CIN membagikan video kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sang suami (AT), gegerlah warganet hingga polisi menciduknya dengan ancaman penjara 10 tahun. Kini CIN trauma, anaknya pun takut bersua dengan pria (okezone.com, 15/8/2024).

Suami zalim pada anak istri tak hanya dalam kisah selebgram ini. AM dan anaknya ditinggal suami begitu saja. Ia minta bantuan kerabat hingga warganet untuk mencari. Setelah menghilang setahun, ternyata si suami menjalin hubungan asmara dengan wanita lain. AM pun bersiap minta cerai (inews.id, 16/8/2024).

Ilustrasi KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), Foto: Indonesia Berbagi Kebaikan/Canvapro

Urusan nafkah pun seringkali bermasalah. FH, seorang istri curhat di TikTok karena diberi nafkah 10 ribu perhari oleh suami. Selebihnya, kebutuhan hidup lain-lain ditanggung orang tua FH. Ada juga netizen yang mengaku diberi uang 300 ribu perbulan dan bila butuh uang lagi mesti mengemis pada sang suami (akurasi.id, 26/6/2024).

Sungguh miris. Ironis!  Bagaimana tidak? Pria yang Allah angkat satu derajat sebagai qawwam (pemimpin) keluarga, justru berlaku zalim terhadap orang yang dipimpinnya. Tak melindungi, malah mencaci-maki. Tak menjaga, justru menganiaya. Alih-alih memberi kasih sayang, malah memukul hingga menendang. Lantas, di mana qawwamah (kepemimpinan)nya?

 

Qawwamah Kunci Sakinah

Siapa yang mendamba keluarga bahagia? Tentu jawabnya, "Saya!” Namun perlu dipahami bahwa kesakinahan keluarga berawal dari berjalannya peran suami sebagai qawwam secara baik.

Dalam Islam, suami bak nahkoda. Memiliki tanggung jawab besar yang berpengaruh pada berlayarnya biduk keluarga mengarungi samudera kehidupan. Ia berperan dalam menciptakan keluarga asmara (as sakinah mawaddah wa rahmah).

Ketika fungsi qawwam terabaikan, keretakan muncul bahkan berujung pada perceraian. Maka suami istri mesti memahami peran strategis qawwam dan aplikasinya dalam rumah tangga.

Qawwamah suami atas istri adalah ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berdasar pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.  Bukan sebab kapasitas atau kemampuan suami. Bila istri memiliki kemampuan finansial dan kapasitas kepemimpinan lebih baik bukan berarti qawwamah bisa beralih ke istri. Atau menjadi tanggung jawab bersama sebagaimana propaganda feminis yang mengusung konsep keluarga maslahah dengan mengedepankan kesalingan (mubadalah).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ

“Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri).” (QS. An Nisa: 34).

Dalam bahasa Arab, makna kepemimpinan laki-laki atas perempuan adalah al infaq ‘alaiha wa al qiyam bi ma tahtajuhu, yaitu menafkahi istri dan memenuhi apa yang ia butuhkan. Makna literal ini digunakan pula pada makna syar’i dari kata al qawwamah. Sehingga makna kepemimpinan laki-laki atas perempuan adalah kepemimpinan yang menegakkan urusan-urusan wanita.

Kepemimpinan dalam ayat di atas merupakan kepemimpinan yang mengatur dan melayani, bukan instruksional dan penguasaan. Apalagi diktator. Dalam Islam, kepemimpinan suami terhadap istri berbalut nuansa persahabatan.

Dan sebaik-baik manusia adalah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Beliau berinteraksi dan memperlakukan istrinya dengan penuh persahabatan. Beliau tidak memperlakukan mereka layaknya bawahan, orang yang berada dalam kekuasaan, atau menjadi tawanan. Dalam riwayat-riwayat sahih dituturkan bahwa istri-istri beliau pernah memprotes dan mendebat beliau.

Selain itu, suami juga wajib memenuhi hak-hak istri berupa mahar dan nafkah. Pun hendaknya berlaku ahsan (baik) yaitu lemah lembut dalam tutur kata, tidak berlaku keras dan kasar, serta tidak menampakkan kecenderungannya pada istri lainnya (jika beristri lebih dari satu).

Sebagaimana wasiat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam kepada para suami, “Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istri-istri mereka” (HR. At-Tirmidzi).

Dengan demikian, qawwam adalah kepemimpinan, pengurusan, pendidikan, dan pemberian nafkah seorang suami sebagai kepala keluarga kepada anggotanya terutama istri. Sungguh tugas teramat mulia dan strategis yang Allah berikan kepada suami (laki-laki). Seyogyanya amanah ini ditunaikan secara total dan maksimal.

Adapun istri, berkewajiban taat terhadap qawwamah suami selama tidak mengajak pada maksiat. Selanjutnya, suami dan istri senantiasa meng-upgrade diri agar mampu melayarkan kapal rumah tangga hingga tercapai sakinah mawaddah wa rahmah.

Rumah tangga sakinah, mawaddah, dan rahmah perlu diusahakan. Foto: Indonesia Berbagi Kebaikan/Canvapro

Ajari Anak Lelaki Jadi Qawwam

Di tengah krisis qawwamah laki-laki (suami) saat ini, orang tua mesti bersungguh-sungguh mendidik anak lelaki agar kelak menjadi qawwam sejati. Ini tentu bukan proses instan. Tapi butuh fase pembinaan panjang. Idealnya disiapkan sejak dini lewat pendidikan di keluarga dan sekolah.

Setidaknya ada beberapa nilai yang mesti ditumbuhkan demi membentuk jiwa qawwam pada diri anak lelaki. Pertama, nilai tanggung jawab. Anak bisa dilatih untuk mengingat dan melakukan; tugas sebagai anggota keluarga di rumah serta kegiatan belajar di sekolah. Lalu tugasnya dicek, sudah dilakukan atau belum. Jika belum, maka diarahkan untuk menyelesaikan sebagai bentuk tanggung jawab.

Kedua, nilai penafkahan. Anak diajak berbincang  tentang uang. Misalnya, orang tua menyampaikan kepada anak tentang harga barang yang dibeli. Hal ini tidak bermaksud agar anak "matre', tapi membuatnya memahami bahwa segala sesuatu mesti dicapai dengan berpayah-payah. Pun mengajarkan arti kerja keras sebagai penanggung nafkah kelak.

Ketiga, nilai kepemimpinan dan disiplin. Jika memiliki adik, maka dia dilatih agar memimpin dan melindungi adik-adiknya. Bila tidak punya adik, ia  dapat dilatih memimpin diri sendiri lewat kedisiplinan. Terbiasa menulis agenda harian dan menjalankannya. Ini modal untuk memimpin keluarga kelak.

Keempat, menempa anak sebagai hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan terbiasa menjalankan ketaatan pada-Nya. Inilah nilai utama yang hendaknya diajarkan. Agar kelak ia menjadi pendidik sekaligus teladan bagi keluarganya. Pun melakukan segala aktivitas dalam kerangka ibadah. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memampukan kita dalam mendidik anak laki-laki menjadi calon qawwam sejati yang diridhai-Nya. Aamiin... []

 

Kontributor:

Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)


Kirimkan Wakaf untuk Membantu sesama ke https://linktr.ee/id.berbagikebaikan