Monday, August 19, 2024

SETIA KALA SUAMI LARA, KAMU ISTRI LUAR BIASA!


 ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- "Pintu surgaku ada di sini. Kenapa harus aku tinggalkan..." Ya Rabb, hati ini menyesak, air mata mendesak keluar, mendengar pengakuan seorang istri yang begitu setia mendampingi suami saat sakit. Ini bukan alur novel. Tapi kisah Riri-Yassir yang lagi viral.

Sembilan tahun tentu bukan waktu sebentar. Dan selama itulah Riri, ibu beranak satu ini setia mendampingi Yassir, sang suami, menjalani 900 kali cuci darah karena gagal ginjal. Merawat ketika suami sakit dan membersamai dalam berbagai aktivitas. Baik suka maupun duka. Pengorbanan istri yang luar biasa.

Bahkan mertua Riri hingga di akhir hayatnya seringkali menanyakan, apakah Riri masih kuat, masih sanggup bertahan. Menjadi isyarat bahwa Riri bebas menentukan hidupnya, mau tetap bersama suami dalam kesakitannya atau pergi (minta cerai). Dan perempuan setia itu memilih membersamai sang suami menjalani sakit ginjal yang telah divonis stadium lima.

Kesetiaan Riri bertahan dalam rumah tangga bersama Yassir menjadi inspirasi para istri. Foto: Instagram @ririrobiani 

Bersama atau Berpisah?

Ya, secara syariat boleh bagi istri untuk meminta cerai bila suami memiliki cacat badan atau penyakit berat yang tidak berpeluang sembuh, serta tidak mampu menjalankan kewajibannya sebagai suami dalam kurun waktu tertentu. Salah satu kewajiban suami adalah memberikan nafkah, baik lahir maupun batin. Bila sakit menghalangi sang suami bekerja hingga tak mampu lagi memberi nafkah anak istri, maka istri boleh meminta cerai.

Pun dengan sakit yang diderita lalu menghalangi suami memberikan nafkah batin pada istri. Kondisi ini tidak mewujudkan ajaran Islam bahwa pernikahan merupakan cara terhormat dan sah untuk penyaluran nafsu seksual. Dalam ajaran Islam, pernikahan sebagai sarana menghalalkan hubungan lelaki dan perempuan sebagai suami istri.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, “Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja yang kamu kehendaki” (QS. Al Baqarah: 223).

Hanya saja, bila istri memilih bertahan untuk tetap mendampingi dan melayani suami di kala sakit, ini banyak keutamaannya. Bila kesabaran si sakit atas penderitaannya mendapat pahala besar, maka kesabaran keluarga (istri) yang merawat dan mengupayakan kesembuhannya tidak kalah besar pahalanya. Bahkan bisa jadi melebihi. Karena kesabaran si sakit itu "terpaksa," sementara kesabaran keluarganya itu "diusahakan."

Sungguh, Allah Maha Rahman dan Rahim. Ketika seorang istri melayani suaminya yang sedang sakit dengan sepenuh hati, Allah akan memberikan pahala untuknya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menilainya sebagai perempuan terbaik.

“Perempuan terbaik yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, tidak menyelisihi pada diri dan hartanya, melayani suami sebaik mungkin, dan menjauhkan suami dari benci” (HR. Ahmad).

Kewajiban istri adalah melayani suami dalam hal makruf yang menjadi tanggung jawabnya. Bergaul dengan cara baik itu konteksnya luas. Saling menjaga dan memelihara termasuk menolong pasangan ketika salah satunya tidak mampu, sakit, atau halangan lainnya.

Jika suami sedang sakit berarti ujian kesabaran bagi seorang istri. Selain itu sebagai ladang ibadah pengabdian, serta sebuah lahan memperoleh pahala ibadah rumah tangga. Usaha merawat suami bisa dengan berbagai cara. Misalnya menghubungi dokter, mencarikan obat, dan memilihkan tempat beristirahat terbaik.

Selain itu, tak elok rasanya bila istri meninggalkan suami dalam keadaan sakit. Sejatinya, kehidupan ibarat bunga dan duri, hembusan angin sepoi dan badai, kebahagiaan dan penderitaan, sehat dan sakit. Perputaran dari satu kondisi ke kondisi lain.

Istri setia tak hanya mau "menikmati" suami ketika sehatnya dan jenuh atau enggan saat sakitnya. Ibarat puas menghisap sari saat muda, lalu membuang kulitnya kala telah layu. Ia selalu ingat bahwa kehidupan rumah tangga itu tegak atas sikap tolong-menolong kala suka maupun duka.

 


Setia ala Istri Nabi Ayyub

Siapa yang tidak kenal Nabi Ayyub alaihi salam? Beliau diberi cobaan dengan berbagai penyakit dalam waktu lama, hingga menggerogoti seluruh tubuh kecuali lidah dan hatinya. Dengan lidah dan hati itu, Nabi Ayyub selalu berdoa dan berzikir kepada Allah. Beliau juga bersabar dan lapang dada menghadapi ujian tersebut.

Karena penyakitnya, beliau diusir oleh masyarakat dari tempat tinggalnya. Tak ada orang yang mengasihani selain istrinya yaitu Rahmah binti Afratsim. Suatu hari, kondisi istrinya melemah dan harta hanya tersisa sedikit. Hal ini membuat sang istri terpaksa bekerja pada orang lain agar bisa memberi makan dan mengobati suaminya.

Penyakit Nabi Ayyub pun kian parah, hingga daging yang melekat tubuh mulai terlepas dan tidak ada yang tersisa kecuali tulang dan otot-otot saja. Melihat kondisi suaminya yang begitu menyakitkan, Rahmah berkata, "Wahai suamiku Ayyub, seandainya engkau berdoa memohon kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan menyembuhkanmu."

Nabi Ayyub menjawab, "Aku telah menjalani hidup sehat selama tujuh puluh tahun. Tidak sewajarnyakah bila aku melapangkan dada kepada Allah ketika menghadapi cobaan yang lebih singkat dari tujuh puluh tahun?"

Istrinya terkejut saat mendengar ucapan Nabi Ayyub. Dengan ikhlas, Rahmah bekerja pada orang lain agar memperoleh upah untuk makan suaminya. Tetapi tak ada yang mau mempekerjakan istri Ayyub karena mereka tahu ia adalah istri seseorang yang berpenyakitan.

Akhirnya, ia menjual salah satu kepang rambut miliknya kepada seorang putri pejabat dan ditukar dengan makanan yang banyak. Namun Nabi Ayyub menolak makanan itu seraya bertanya, "Dari mana engkau dapatkan makanan ini?" Sang istri menjawab, "Aku bekerja pada beberapa orang."

Esok harinya, istri Ayyub tidak menemukan pekerjaan lagi. Ia kembali menjual kepang rambut satunya untuk ditukar makanan. Setelahnya, ia membawa makanan itu ke suaminya dan Nabi Ayyub menolak.

Nabi Ayyub tidak akan memakannya sampai sang istri memberitahu apa yang dilakukannya dan dari mana asal makanan itu. Lalu Rahmah membuka kerudungnya, dan Nabi Ayyub melihat kepala istrinya sudah tak berambut.

Tak hanya memberi makan, istrinya mengurus kebutuhan Nabi Ayyub yang lain seperti mengantar dan menemani buang air. Dan menuntunnya bila telah selesai. Masya Allah. Dari istri Nabi Ayyub kita belajar arti kesetiaan dan kesabaran tak berbatas. Berkhidmat pada suami, semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala membalas tiap lelah dengan surga-Nya nanti. []  

Kontributor: Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)


Kirimkan Wakaf Terbaikmu untuk Membantu sesama ke https://linktr.ee/id.berbagikebaikan