ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Orang miskin dilarang sekolah! Kalimat sarkastik yang sungguh pedih. Saking mahalnya biaya sekolah dan kuliah hari ini, hingga tak semua lapisan masyarakat mampu menikmati. Hingga beberapa calon mahasiswa baru mengundurkan diri sebelum merasakan bangku kuliah karena tak sanggup membayar uang kuliah tunggal (UKT).
Tak hanya berat secara biaya. Kurikulum
pembelajaran pun dinilai bermasalah. Penerapan kurikulum yang sering berubah
menghambat proses pembelajaran siswa dan membuat guru kesulitan menyampaikan pembelajaran.
Selain itu, ketidaksesuaian kurikulum dengan
kebutuhan masyarakat yang berkembang sangat pesat membuatnya sekadar teoritis
dan tidak sesuai tuntutan dunia kerja yang sebenarnya. Kurikulum di Indonesia
juga diakui terlalu berat akibat banyaknya materi yang harus dikuasai.
Kurikulum terlalu padat bikin siswa mudah lelah dan jenuh dalam proses
pembelajaran. Sehingga kurang efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Pun kurikulum tidak menekankan pada
pengembangan keterampilan dasar seperti berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Padahal itu sangat dibutuhkan sebagai bekal siswa menghadapi tantangan masa
datang. Kurikulum terlalu padat juga menyebabkan siswa tidak memiliki waktu
mengeksplorasi minat dan bakatnya. Bila biaya pendidikan dan kurikulumnya
sama-sama berat, bisakah mendorong generasi untuk rajin belajar?
![]() |
Ilustrasi lelahnya belajar siang malam. Foto: Indonesia Berbagi Kebaikan/Canvapro |
Motivasi Imam Syafi'i
Dalam Islam, belajar atau menuntut ilmu
adalah aktivitas sangat mulia. Bahkan diwajibkan sebagai syariat agama.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda,
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim" (HR. Ibnu
Majah).
Perintah ini berlaku pada semua manusia.
Lelaki maupun perempuan. Sejak dari buaian hingga liang lahat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala pun memberikan keutamaan
bagi para pencari ilmu (pembelajar). Di antaranya adalah derajatnya dinaikkan
serta disebut sebagai golongan orang yang paling takut pada Allah.
Anda tentu mengenal ulama besar Imam Syafi'i
kan? Beliau adalah ulama panutan umat Islam di dunia. Keilmuan fikihnya luar
biasa. Beliau pun mendorong kaum Muslimin untuk selalu belajar. Ada banyak nasihat
Imam Syafii kepada umat Islam agar belajar dan menguasai ilmu pengetahuan.
Berikut beberapa nasihatnya.
Pertama, ilmu dan mencatat. "Ilmu
bak buruan dan catatan adalah pengikatnya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang
kuat."
Kedua, belajar agar punya ilmu.
"Belajarlah! Seseorang tidak dilahirkan sebagai seorang alim. Pemilik ilmu
tidak seperti seorang bodoh. Pemimpin satu kaum yang tak memiliki ilmu terlihat
kecil jika dikelilingi pasukannya. Orang yang kecil di tengah satu kaum, jika
berilmu, ia terlihat besar di tengah masyarakatnya.
Ketiga, sabar dalam belajar.
"Bersabarlah menghadapi sikap keras seorang guru. Kegagalan ilmu karena ketidaksabaran
murid dalam menghadapinya. Siapa yang tidak pernah merasakan pahitnya belajar
satu saat saja, niscaya ia akan menderita sepanjang hidupnya karena kebodohan."
Keempat, masa muda tidak
belajar. "Siapa yang tidak belajar di masa mudanya maka dirikanlah shalat
empat takbir atas kematiannya. Demi Allah, hidup seorang pemuda dengan ilmu dan
ketakwaan. Jika keduanya tidak ada, pribadinya tak bernilai."
Kelima, ambil ilmu terbaik.
"Seseorang tidak akan mendapatkan ilmu walaupun ia mencarinya selama
seribu tahun. Lautan ilmu itu sangat dalam, maka ambillah yang terbaik saja
dari semua hal."
Keenam, hidup mulia. "Aku
melihat pemilik ilmu. Hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orang tua terhina.
Ia terus-menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia.
Ketujuh, ilmu dan pikiran.
"Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah
pada makanan dan pakaian. Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan
telanjang dan berpakaian. Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan
tinggalkan nikmatnya tidur."
Kedelapan, enam syarat. "Wahai
saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat; cerdik, perhatian
tinggi, sungguh-sungguh, bekal, dengan bimbingan guru, dan panjangnya masa."
Kesembilan, ilmu selain
Al-Qur'an. "Setiap ilmu selain Al-Qur'an melalaikan diri kecuali ilmu
hadis dan fikih dalam beragama. Ilmu ialah yang berdasarkan riwayat dan sanad. Selain
itu hanya was-was setan."
Kesepuluh, menitipkan ilmu.
"Siapa yang mengemban ilmu lalu ia titipkan kepada orang yang bukan
ahlinya karena kebodohannya, maka ia akan menzaliminya."
Masya Allah, nasihat yang luar
biasa agar umat Islam termotivasi mengamalkannya. Dan bukankah setiap ilmu yang
dimiliki, saat dipraktikkan dan disebarkan, kebaikannya akan kembali pada diri
sendiri?
Ikhtiar Optimal
Ketika paham bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mewajibkan belajar, maka
seorang hamba tentu akan melakukannya sebagai bentuk ketaatan pada Rabbnya.
Belajar adalah wilayahnya manusia untuk melakukannya. Maka ikhtiarkan secara
optimal agar meraih hasil terbaik. Terlebih, bukankah setiap amal manusia kelak
dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Khalik?
Ikhtiar adalah sikap seorang Muslim yang mengerahkan segala kemampuannya. Hal ini membuat seseorang terhindar dari sikap putus asa dan mudah menyerah. Dengan ikhtiar dalam melakukan sesuatu, ditambah senantiasa berdoa pada Allah, insya Allah cita-cita akan terwujud.
Berikut bentuk ikhtiar dalam belajar yaitu; pertama,
kerja keras. Usaha yang keras insya
Allah tidak akan mengkhianati hasil. Ikhtiar dilakukan dengan maksimal dan
bersungguh-sungguh agar tercapai harapan.
Kedua, pantang menyerah. Setiap usaha berpotensi gagal. Namun orang yang berikhtiar
akan bangkit kembali dan tidak mudah putus asa. Kegagalan itu wajar dalam hidup,
hanya saja bagaimana kita menyikapinya; memilih untuk pantang menyerah atau
berputus asa. Sementara sifat putus asa sangat dibenci oleh Allah.
Ketiga, tanggung jawab. Tanggung jawab
adalah kesadaran manusia akan perbuatannya yang disengaja maupun tidak
disengaja. juga berarti berbuat sesuatu sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya.
Dengan kerja keras, pantang menyerah, serta bertanggung jawab dalam proses belajar, insya Allah seorang hamba telah berikhtiar optimal. Lalu iringi setiap langkahnya dengan tawakal alallaah. Berserah diri pada-Nya. Sandarkan kesungguhan hingga kepayahan di dalamnya hanya kepada Allah Ta'ala. Panjatkan doa agar Dia senantiasa membuka pintu-pintu kemudahan. Pun memberikan hasil terbaik. Aamiin.
Kontributor:
Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah
Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)