ID.BERBAGIKEBAIKAN.COM- Jalan setapak, sulit dilalui, serta di bawah lereng bukit. Inilah medan perjalanan sehari-hari yang harus ditempuh warga Dusun Ogolau, Desa Tibu, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah demi mendapatkan air bersih. Mereka menempuh jarak sekitar 4,6 km untuk tiba di sumber air bersih hingga mendapatkan sarana untuk mandi, mencuci, memasak, beribadah, dan buang air ini.
“Kondisi seperti ini sudah dialami warga saya di Ogolau sejak nenek moyang dahulu kala. Saya berharap ada uluran tangan serta perubahan untuk Ogolau dalam sarana dan prasarana air bersih,” ujar Mardan (Kepala Dusun Ogolau).
Krisis Air dan Kamar Mandi
Selain itu, warga Dusun Ogolau yang terdiri dari 58 kepala keluarga (KK) ini juga tidak memiliki kamar mandi di rumah masing-masing. Untuk mandi dan mencuci pakaian, mereka membuat bilik dari kayu dan terpal di depan rumah. Jadilah mereka mandi dan mencuci pakaian dalam keadaan nyaris terbuka.
![]() |
Warga di Ogolau duduk di depan 'kamar mandi' yang berada di depan rumah. Foto: Indoensia Berbagi Kebaikan |
Sungguh mengenaskan kisah hidup saudara-saudara Muslim kita di Dusun Ogolau. Sarana dan prasarana air bersih sangat minim, kamar mandi sangat sederhana dalam keadaan terbuka. Pun bila mau shalat fardhu berjamaah atau shalat Jumat, mereka berwudhu dengan air yang amat terbatas.
Ketika Tim Indonesia Berbagi Kebaikan (IBK) melakukan survei untuk Program Sarana Air Bersih, beberapa warga berkisah sembari berkeluh-kesah tentang minimnya air bersih bagi kehidupan mereka. Warga menggambarkan betapa sulit mendapatkan air, sementara kegiatan seperti ibadah (shalat), memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain tak bisa ditunda.
Selama ini, mereka harus menunggu hujan untuk menampung air atau berjalan kaki jauh menuju sumber air bersih. Sebenarnya masyarakat sudah mengupayakan instalasi pipa sederhana agar bisa memenuhi kebutuhan air sampai ke rumah-rumah. Namun sarana ini selalu rusak ketika hujan lebat karena arus sungai di sumber mata air terlalu besar.
Rencana Program
Setelah
mendalami masalah dan memetakan medan yang ada, tim IBK memutuskan bahwa sumber
air yang biasa diambil masyarakat sejauh 4 km akan dijadikan sebagai solusi mengatasi
krisis air bersih. Dari hasil survei, tim merencanakan Program Sarana Air
Bersih dilakukan sebagai berikut:
Pertama, pembangunan bak tangkap di sumber mata air serta penarikan pipa dari
beberapa titik sumber mata air yang ada di sekitar lokasi untuk dialirkan ke
bak tampung.
Kedua, penarikan pipa HDPE diameter 1,5 inci dari bak tampung di sumber mata
air hingga sampai ke bak induk yang ada di pondok pesantren, penarikan sekitar
4.000 meter.
Ketiga, pembangunan bak induk di daerah tertinggi dengan ukuran 3m x 3m x 2m
(kapasitas 18.000 liter).
Keempat, penarikan pipa HDPE dengan diameter 1,5 inci dari bak induk ke beberapa
lokasi yang ada di Dusun Ogolau sepanjang kurang lebih 1.000 meter.
Kelima, pembangunan kran umum sebanyak kurang lebih 85 titik.
Keenam, membuat organisasi nadzir pengelola aset wakaf.
Setelah melihat
kesulitan air bersih yang menimpa saudara-saudara Muslim di Dusun Ogolau, kami
mengajak sahabat IBK untuk berwakaf, bahu-membahu membantu demi meringankan
beban mereka dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Hingga ibadah bisa khusyuk
tertunaikan. Aktivitas kehidupan lainnya juga maksimal dilakukan. Semoga Allah membalas
kebaikan kita semua dengan pahala jariyah yang berlimpah. Aamiin...
Adapun nilai
wakaf yang dibutuhkan:
Rp.1.447.450.000,-
Partner lapang:
Ustaz Ramli
Kontributor:
Puspita Satyawati (Pemimpin Redaksi Muslimah
Inspiratif, Narasumber Kajian Islam)